BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang
sempurna tidak bisa kita amalkan sebelum kita melakukan kajian secara mendetail
dan mendalam. Selama ini Al-Qur’an di kaji sebagai ayat-ayat Al-Qur’anologi
saja. Mahasiswa belajar Al-Qur’an agar bisa menjawab soal, menghafal ayat-ayat
Al-Qur’an sebatas memenuhi tugas guru. Namun sebenarnya lebih jauh dari itu
Al-Qur’an tidak hanya di pelajari tetapi perlu di amalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain berisi tentang petunjuk kehidupan Al-Qur’an juga merupakan
sumber dari segala sumber ilmu. Bagaimana kita tahu ilmu alam, ilmu kedokteran,
biologi, matematika, astronomi, geologi, dan ilmu lain yang di turunkan Allah
kalau kita tidak mau mempelajari Al-Qur’an secara mendetail. Dalam belajar
Al-Qur’an kita memerlukan kesadaran bahwa kita butuh Al-Qur’an untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an secara Etimologi
Secara etimologi,kata Al-Qur’an
berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut ahli bahasa lafadz alqur’an adalah
isim masdar dengan arti isim maf’ul yang berarti yang dibaca. Firman Allah
dalam Al-Qur’an :
a. QS. Al-Qiyamaah ayat 17-18
Artinya :
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkanya (di dadamu) dan membuat
pandai membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya, maka ikutilah
bacaan itu.” (QS. Al-Qiyamaah ayat 17-18)
b.
QS. Fushilat ayat 3
Artinya : “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab,
untuk kaum yang mengetahui.”(QS. Fushilat : 3)
Mengenai
kata Al-Qur’an, ulama’ berbeda pendapat di antaranya sebagai berikut :
a. Imam Syafi’i
Imam
Syafi’i berpendapat bahwa Al-Qur’an bukan merupakan musytaq (kata bantuan) dari
kata apapun. Al-Qur’an merupakan kata khusus yang di berikan Allah. Demikian
halnya dengan kata injil dan taurat yang juga khusus di pergunakan sebagai nama
kitab Allah yang di turunkan kepada Isa a.s dan Musa a.s.
b. Imam Al Farra’
Imam
Al Farra’ berpendapat bahwa kata Al-Qur’an merupakan musytaq dari kata quroinun yang berarti petunjuk atau indikator.
Alasanya bahwa ayat-ayat Al-Qur’an satu dengan yang lainya saling memberikan
petunjuk.
c. Al-Asy’ari
Al-Asy’ari
berpendapat bahwa Al-Qur’an merupakan musytaq dari kata qorona yang artinya menggabungkan, yaitu menggabungkan surat-surat
yang berjumlah 114 dan ayatnya 6.666 di himpun dan di gabungkan dalam suatu
mushaf.
B. Pengertian Al-Qur’an secara Terminologi
Pengertian Al-Qur’an secara
terminologi ada beberapa pengertian menurut para ulama’, antara lain sebagai
berikut :
a. Ulama Ushul fiqih
Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada
generasi sesudahnya secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, tertulis
dalam mushaf , dimulai dari surat al fatihah dan
ditutup dengan surat
an Nas.
b. Abdul Wahab Khalaf
Al-Qur’an adalah firman Allah yang
diturunkan melalui ruhul amin (jibril) kepada Nabi Muhammad saw. Dengan bahasa
Arab, isinya dijamin kebenarannya, dan sebagai hujjah kerasulannya,
undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang
ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai dari surat al
fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas yang diriwayatkan kepada kita dengan
jalan mutawatir.
c. Syaikh Muhammad Abduh
Al-Qur’an adalah kalam mulia yang
diturunkan oleh allah kepada Nabi yang paling sempurna (Muhammad) ajarannya
mencakup keseluruha ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber yang mulai yang
essensinya tidak dimengerti kecuali bagi orang yang berfjiwa suci dan berakal
cerdas.
d. Salim Muhsin
Al-Qur-an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang ditulis dengan Mushaf -Mushaf dan
diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya dipandang ibadah
serta sebagai penentang ( bagi yang tidak percaya).
e. Hasby Al-Shidiqy dan Departemen
Republik Indonesia
Al-Qur-an adalah Kalam Allah SWT. yang
nerupakan mukjizat yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan
membacanya sebagai ibadah.
·
Kalam
Allah
Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT
yang disampaikan kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan Jibril. Meskipun
kalam (perkataan) juga dimiliki oleh manusia dan jin, malaikat, bahkan hewan,
tentu saja kalam Allah SWT berbeda dari kalam makhluk.
Diturunkannya Al-Qur’an dengan bahasa
yang dipergunakan manusia tidak membuat Al-Qur’an secara otomatis bukan kalam
Allah, dan tidak pula mencabut sisi Ilahiah dan kesucian Al-Qur’an, firman
Allah dalam QS. An-Najm : 3-4 yang artinya : Dan tiadalah yang di ucapkan itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya, Ucapannya itu tiadaklah hanya wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS.
An-Najm :3-4)
Jika orang-orang musyrikin Makkah
mengatakan Al-Qur’an itu sihir dan Muhammad orang gila, itu semata-mata
kebencian mereka dan ketidaksiapan mereka menghadapi kalam Allah ini. Maka
Allah SWT sendiri yang menjawab kedustaan mereka dalam QS At-Takwir : 19-22
yang artinya : Sesungguhnya Al-Qur'an itu
benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang
mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang
mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana
(di alam malaikat) lagi dipercaya. Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah
sekali-kali orang yang gila. (QS. At-Takwir : 19-22)
·
Mukjizat
Mukijzat (I’jaz) berarti menetapkan
kelemahan, yakni ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah
(potensi, power, kemampuan). Apabila mukjizat muncul, maka nampaklah kemampuan
mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Dengan demikian mukjizat dapat didefinisikan
sebagai sesuatu hal luar biasa untuk membuktikan kenabian/kerasulan seseorang
disertai dengan tantangan bagi pihak yang memusuhinya, kemudian menampakkan
kelemahan mereka yang memusuhi sekaligus keunggulannya selamat dari perlawanan.
Rasulullah SAW bersabda :Tiada seorang
Nabi pun kecuali diberi mukjizat yang dapat membuat manusia beriman kepadanya.
Namun apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang datangnya dari Allah.
Karena itu aku berharap semoga kiranya aku menjadi Nabi yang paling banyak
pengikutnya di hari kiamat. (HR. Bukhari dan Ahmad)
Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi
Muhammad SAW yang tetap abadi, bisa disaksikan hingga kini. Sejak zaman Nabi
SAW, sampai sekarang dan akhir zaman kelak, mukjizat ini terbukti dan tidak
tertandingi.
Al-Qur’an sendiri telah menantang
manusia untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan:
Pertama, menantang mereka (manusia dan
juga jin) untuk membuat yang semisal dengan Al-Qur’an, firman Allah dalam QS.
Al-Isra’ : 88 yang artinya : Katakanlah:
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS.
Al-Isra’ : 88)
Ternyata mereka tidak sanggup
menghadapi tantangan itu. Maka, terbuktilah keunggulan Al-Qur’an sebagai
mukjizat yang tidak bisa ditandingi.
Kedua, menantang mereka dengan sepuluh
surat saja dari
Al-Qur’an, firman Allah dalam QS. Hud :
13-14 yang artinya : Bahkan mereka
mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah:
"(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat
yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya)
selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". Jika mereka yang
kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah,
sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak
ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (QS. Hud :
13-14)
Mereka juga tidak sanggup. Dan
Al-Qur’an tetap tidak bisa ditandingi, sebab ia adalah mukjizat.
Ketiga, menantang mereka dengan satu surat saja dari Al-Qur’an,
firman Allah dalam QS. Yunus : 38 yang artinya : Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya."
Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan
sebuah surat
seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS. Yunus : 38)
Ternyata mereka tidak sanggup membuat
satu surat pun
seperti Al-Qur’an. Tantangan ini juga diulang dalam QS. Al-Baqarah : 23-24 yang
artinya : Dan jika kamu (tetap) dalam
keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan
pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang
bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS.
Al-Baqarah : 23-24)
Mereka tetap tidak sanggup. Meskipun
sampai dengan hari ini dunia dipenuhi dengan para ahli bahasa dan sastrawan
Internasional, pemikir, ilmuwan dan sebagainya, tidak ada satu orang pun yang
berani menantang Al-Qur'an untuk membuat yang serupa dengannya meskipun satu
surat saja.Mukjizat Al-Qur'an memang tidak tertandingi. Sampai sekarang, sampai
kapan pun.
Selain kemukjizatan dalam aspek bahasa
seperti fasahah dan balaghah yang demikian tinggi, ada beberapa aspek lain yang
menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an, diantaranya :
Pertama, pemberitaan mengenai hal-hal
ghaib yang akan datang yang tidak mungkin diketahui kecuali dengan wahyu.
Misalnya dalam firman Allah tentang berita kemenangan Romawi dalam QS. Ar-Rum :
1-4 yang artinya :Alif Laam Miim. Telah
dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan
itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi... (QS. Ar-Rum : 1-4)
Saat menjelaskan ayat ini dalam Tafsir
Al-Qur’an Al-Adziim, Ibnu Katsir mengetengahkan kisah taruhan antara Abu Bakar
dan Orang-orang Musyrik. Saat itu Persia di bawah pimpinan Raja Sabur
berhasil mengalahkan Romawi. Orang-orang musyrik menyukai ini karena Persia adalah
penyembah berhala, sama dengan mereka. Sedangkan kaum muslimin berharap Romawi
yang menang karena mereka adalah ahlu kitab, sama-sama agama samawi.
Ketika ayat itu turun, orang-orang
musyrik mengatakan, “Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu (Muhammad) mengatakan
bahwa bangsa Romawi akan beroleh kemenangan atas Persia beberapa tahun mendatang.”
Abu Bakar menjawab, “Benar.” Mereka berkata, “Maukah kamu bertaruh dengan
kami?” Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan taruhannya empat ekor
unta dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata setelah berlalu masa tujuh tahun
tidak terjadi apa-apa. Orang musyrik bergembira dengan hal tersebut, dan kaum
muslimin merasa berat atas kekalahannya. Ketika Abu Bakar mengadukan kepada
Nabi beliau bersabda : “Apakah pengertian
beberapa tahun di kalangan kalian?” Mereka menjawab, “Di bawah sepuluh tahun.”
Nabi SAW bersabda, “Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi dan
tambahlah masanya dua tahun lagi.”
Belum lagi masa dua tahun itu habis,
datanglah kafilah yang membawa berita tentang kemenangan Romawi atas Persia . Maka
kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut.
Kedua, keterangan mengenai fakta-fakta
ilmiah yang mendahului ilmu pengetahuan (sains), yang di kemudian hari terbukti
benar adanya. Misalnya tentang perkembangan kejadian manusia dalam rahim.
Seprti yang di terangkan Al-Qur’an pada Surat Al-Mu’minun : 12-14 yang artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. Al-Mu’minun : 12-14)
Pada masa ayat ini turun, ilmu pengetahuan
tidak mampu berkata apa-apa tentang ayat ini. Barulah pada abad kedua puluh,
saat ilmu biologi dan kedokteran semakin maju, fakta ilmiah yang didapatkan
sama persis dengan ayat ini. Padahal ayat ini telah ada 12-13 abad sebelumnya.
·
Diturunkan
kepada Muhammad SAW
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT
kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Allah SWT
berfirman dalam QS. Asy-Syu’ara : 192-195 yang artinya : Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Asy-Syu’ara : 192-195)
Batasan dengan kata “kepada Muhammad”
menunjukkan Al-Qur’an itu tidak pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya.
·
Diriwayatkan
secara Mutawatir
Setiap kali Rasulullah SAW menerima
wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an beliau membacakannya di depan para
sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut. Beliau juga
menyuruh kuttab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru
diterimanya itu. Mereka yang terkenal adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi
Thalib, Ubay bin Ka’ab, Muwaiyah bin Abu Sufyan, Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Al-Arqam bin Maslamah, Muhammad
bin Maslamh, Abban bin Sa’id, Khalid bin Sa’id, Tsabit bin Qais, Hanzalah bin
Rabi, Khalid bin Walid, Abdullah bin Al-Arqam, A’la bin Utbah, dan Syurahbil
bin Hasanah.
Tulisan para kuttab itu disimpan di
rumah Rasul. Ayat-ayat yang ditulis di pelepah kurma, kulit hewan, dan tulang,
serta kulit/daun kayu itu juga disebarkan kepada para sahabat. Di masa
Rasulullah SAW masih hidup, Al-Qur’an belum dibukukan dalam bentuk mushaf.
Pengumpulan Al-Qur’an pertama kali
dilakukan pada masa kekhalifahan Abu Bakar atas usul Umar bin Khattab. Meskipun
pada mulanya ditolak Abu Bakar, akhirnya proyek besar itu dilakukan diantaranya
dengan pertimbangan banyaknya para huffadz (penghafal Al-Qur’an) yang gugur di medan Jihad. Pada perang
Yamamah saja jumlah penghafal yang syahid mencapai 70-an orang. Begitupun pada
pertempuran di Sumur Ma’unah.
Zaid bin Tsabit-lah yang kemudian
ditunjuk untuk memimpin misi pengumpulan Al-Qur’an ini. Anggota tim-nya adalah
Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan. Setelah selesai,
berdasarkan hasil musyawarah tulisan Al-Qur’an itu dinamakan “Mushaf” dan
disimpan di rumah Hafshah.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan,
terjadi perbedaan pendapat mengenai bacaan (qira’at) Al-Qur’an. Karena begitu
luasnya wilayah Islam dengan beragam dialeg-nya, qira’at Al-Qur’an semakin
bervariasi, sehingga dikenal ada qira’at sab’ah (tujuh jenis bacaan). Akhirnya
disepakati untuk men-standart-kan kembali bacaan Al-Qur’an setelah Hudzaifah
Ibnul Yaman mengusulkan kepada khalifah. Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits untuk menyalin
mushaf Abu Bakar yang ada di tangan Hafshah. Mushaf ini kemudian dikirim ke Makkah,
Kuffah, Basrah, Yaman, dan Syam. Sedang salinan yang asli disimpan Utsman
sendiri. Lalu semua suhuf yang ada selain itu dimusnahkan/dibakar. Dari Mushaf
standar Utsman inilah mushaf-mushaf sampai hari ini disalin dan diperbanyak.
Demikianlah sejarah singkat
periwayatan Al-Qur’an sampai kepada kita secara mutawatir. Selain dihafal oleh
ratusan sahabat, penulisan Al-Qur’an juga terjamin keotentikannya serta dijamin
pertanggungjawaban ilmiahnya. Tidak ada satu kitab suci pun dari agama selain
Islam yang memiliki jaminan keotentikan seperti itu. Ini sekaligus bukti nyata
dari firman Allah SWT dalam QS. Al-Hijr : 9 yang artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya (QS. Al-Hijr : 9)
·
Membacanya
Bernilai Ibadah
Diantara keistimewaan Al-Qur'an adalah
pahala besar yang akan diperoleh bagi orang yang membacanya. Membaca Al-Qur'an,
dengan demikian, bernilai ibadah yang sekaligus membedakannya dari hadits
Qudsi. Baik dalam shalat maupun di luar shalat. Firman Allah dalam QS. Fathir :
29-30 yang arinya : Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka
dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir : 29-30)
Rasulullah SAW mengabarkan pahala membaca
Al-Qur’an ini dalam sabdanya : Siapa saja
yang membaca satu huruf Kitabullah (Al-Qur’an), ia akan mendapatkan satu
kebaikan. Satu kebaikan itu setara dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak
mengatak Alif Lam Mim sebagai satu huruf. Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim
satu huruf. (HR. Tirmidzi)
C. Whyu dan Ilham
Kata
wahyu berasal dari bahasa arab, bukan bahasa ajam. Pengertian wahyu menurut
bahasa (etimologi), mempunyai beberapa arti, seperti : kecepatan,
bisikan,isyarat,kitab. Wahyu adalah lafazhmusytarak, artinya mempunyai beberapa
makna atau arti.
Kata ilham berasal dari kata yang
berarti menelan. Ketika berubah kewazan if’al, yakni alhma yulhimu ilhaman,
maka kata ilham bermakna menelan dalam arti menghujamkan ke dalam jiwa, Allah
berfirman dalam QS. Asy-Syams : 8 yang artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.(QS. Asy-Syams : 8)
Muhammad Rasyid Ridha dalam kitab Al-Wahyul
Muhammadi memberikan pengertian, bahwa ilham adalah suatu perasaan emosional
yang diyakini oleh jiwa yang karnanya jiwa itu terdorong untuk melakukan yang
dikehendakinya oleh dorongan ilham itu, tanpa disertai kesadaran jiwa sendiri
dari mana datangnya, keadaannya hamper sama dengan persaan lapar, dahaga,
sedih, senang dan sebagainya.
a. Persamaan wahyu dengan ilham
·
Keduanya
sama-sama diterima oleh manusia,
·
Keduanya
sama-sama menimbulkan pemahaman dalam batin,
·
Keduanya
sama-sama menimbulkan keyakinan,
·
Keduanya
sama-sama tidak diberikan pada makhluk binatang,
·
Keduanya
sama-sama diberikan demi kemaslahatan,
·
Keduanya
sama-sama merupakan pemberian Allah SWT.
b. Perbedaan wahyu dengan ilham
·
Wahyu
datangnya melalui kehadiran malaikat sedangkan ilham melalui penghunjaman
langsung oleh allah kepada yang di kehendakinya,
·
Wahyu diterima oleh manusia pilihan allah yang
mengemban tugas kenabian atau kerosulan ,sedang ilham dapat di terima oleh
siapapun, baik pada waktu pintu kenabian belum tertutup maupun setelahnya,
·
Wahyu diturunkan dengan tujuan untuk
kemaslahatan seluruh umat manusia atau umat tertentu, sedangkan ilham hanya
untuk kemaslahatan yang menerimanya dan tidak di bebani kewajiban untuk
manyampaikan pada orang lain,
·
Wahyu
tidak dapat diminta kepada Allah agar di turunkan pada waktu tertentu
,sedangkan ilham menurut sebagian ulama dapat dim inta kepada Allah melalui
cara membersihkan diri dan memprbanyak taqorub pada Allah,
·
Wahyu
pintunya telah tertutup, bersamaan tugas kenabian yang di emban nabi Muhammad
SAW berakhir, sedangkan ilham pintuinya masih terbuka selama masih ada manusia
dan berlaku sepanjang masa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut
bahasa (etimologi), kata al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut
ahli bahasa alihyani lafadz alqur’an adalah isim masdar dengan arti isim maf’ul
yang berarti yang dibaca.
Menurut istilah (terminologi)
Al-Qur’an adalah Kalam Allah, Mukjizat yang Di turunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan Di riwayatkan secara mutawatir serta Membacanya merupakan ibadah.
Persamaan antara wahyu dan ilham
adalah keduanya sama-sama dari Allah dan di turunkan kepada manusia, adapun
perbedaan antara keduanya adalah jika wahyu di terima melalui malaikat jibril
maka ilham adalah langsung dari Allah dan jika wahyu hanya di berikan kepada
nabi/rosul maka ilham bias di terima oleh siapa saja termasuk binatang.
Dartar Pustaka
Supardi dkk. 2007. Qur’an Hadits Untuk Kelas X Madrasah Aliah
Semester
Gasal. Surakarta : CV Pratama
Amrullah, Fahmi. Ilmu Al-Qur,an untuk pemula. Jakarta
: Artha Rivera
Suryanto dkk. 2005. Al-Qur,an Hadist Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah
Semester
Ganjil. Tulungagung : MGMP Kabupaten
Tulungagung
Muchlisin.2010. tariful-quran-mengenal-al-quran. http://muchlisin.blogspot.com
(0nline)
Zanjani, Abu Abdulah Az-. 1993.
Wawasan Baru Tarikh Al-Quran. Bandung
:
Penerbit Mizan
Ribab,Annas.
2009. Al – Qur’an, Wahyu, Ilham. http://annas-ribab.blogspot.com
(0nline)
Bos dah ane sharring neh postingan and lam kenaldi tunggu kunjungan baliknya
ReplyDeleteoke sob, trimakasih atas kunjungannya.. salam kenal balik ya...
Deletebroo... izin copy yahh...
ReplyDeletemas bro tak copy...
ReplyDelete