A. Pengertian
Data
Data merupakan unit informasi yang
direkam media yang dapat di bedakan dengan data lain, dapat di analisis dan
relevan dengan problem tertentu. Data haruslah merupakan keterkaitan antara
informasi dalam arti bahwa data harus mengungkapkan kaitan antar sumber
informasi dan bentuk simbolik asli pada satu sisi. Di sisi lain data harus
sesuai dengan teori dan pengetahuan (krippondorf, 1991).Data adalah informasi
tentang sebuah gejala yang harus di catat,
lebih tepatnya data, tentu saja merupakan “rasion d’entre” seluruh proses pencatatan. Persaratan yang pertama dan paling jelas adalah bahwa informasi harus dapat di catat oleh para pengamat dengan mudah, dapat di baca dengan mudah oleh mereka yang harus memprosesnya, tetapi tidak begitu mudah di ubah oleh tipi daya berbagai maksud yang tidak jujur. Soekamto (1996) menjelaskan, tipe-tipe data adalah:
lebih tepatnya data, tentu saja merupakan “rasion d’entre” seluruh proses pencatatan. Persaratan yang pertama dan paling jelas adalah bahwa informasi harus dapat di catat oleh para pengamat dengan mudah, dapat di baca dengan mudah oleh mereka yang harus memprosesnya, tetapi tidak begitu mudah di ubah oleh tipi daya berbagai maksud yang tidak jujur. Soekamto (1996) menjelaskan, tipe-tipe data adalah:
a. Perilaku
manusia dan ciri-cirinya
Contoh: dalam pengertian “pengaruh
egiatan Ekstrakurikuler terhadap Keaktifan Mahasiswa”. Kemudian di catat hasil
wawancara tentang kegiatan
Eksrakurikuler mahasiswa sebagai responden.
b. Hasil
perilaku mahasiswa dan ciri-cirinya
Contoh: dicatat berapa kali responden
tidak masuk setiap minggunya.
c. Data
simulasi
Yaitu meniru hasil catatan orang lain.
Sehingga bisa diambil kesimpulan, data
yang berasal dari bahasa inggris data yang merupakan jamak datum menurut kamus
Inggris-Indonesia oleh John M.Echols dan hasan shadily adalah fakta atau
keterangan-keterangan yang akan di olah dalam kegiatan penelitian.
Menurut sumbernya, data dapat
diedarkan menjadi dua jenis, yaitu data
intern dan data ekstern. Data
interen adalah data yang diperoleh atau bersumber dari dalam suatu instansi
(lembaga, organisasi) sedangkan data eksternal adalah data yang diperoleh atau
bersumber dari luar instansi. Data ekstern di bagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung di kumpulkan
oleh orang yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut. Data yang
diperoleh memakai wawancara atau memakai kuisioner merupakan contoh dari data
primer. Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak secara langsung
dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut. Data yang
diperoleh dari laporan suatu perusahaan. Atau dari suatu lembaga untuk
keperluan skripsi adala merupakan contoh data sekunder.
B. Syarat-syarat
Pengambilan Data
Agar data penelitian mempunyai
kualitas yang cukup tinggi, maka alat pengambil datanya harus memenuhi
syarat-syarat sebagai alat pengukur yang baik. Syarat-syarat itu adalah:
a. Reabilitas
atau keterandalan
Reabilitas suatu alat pengukur
menunjukkan keajegan hasil pengukuran sekiranya alat pengukur yang sama itu
digunakan oleh orang yang berlainan atau di gunakan oleh yang berlainan dalam
waktu yang berlainan. Reabilitas ini secara implicit juga mengandung
obyektifitas, karena hasil pengukuran tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya.
b. Validitas
atau kesahihan
Validitas atau kesahihan menunjuk
kepada sejauh mana alat pengukur apa yang di maksudkan untuk diukur (Suryabrata,
1998:27)
Di samping kedua syarat tersebut suatu
alat pengukur akan memberikan data yang baik kalau memenuhi syarat keterbakuan.
Kedua syarat yang pertama harus terpenuhi sampai pada taraf yang memadai.
Untuk lebih jelasnya
berikut ini di terangkan masalah validitas dan rebilitas sebagai berikut:
1. Reabilitas
Reabilitas adalah indeks yang
menujukkan sejauh mana suatu alat pengukur di pakai dua kali untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka
alat tersebut reliable. Dengan kata lain rebilitas menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1985: 75).
Reabilitas menyangkut
alat ukur. Pengertian reabilitas dapat lebih mudah dipikirkan jika pertanyaan
berikut dijawab:
a. Jika
suatu objek yang sama di ukur berkali-kali dengan alat ukur yang sama apakah
kita akan mengukur hasil yang sama?
b. Apakah
ukuran yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur yang sama adalah ukuran yang
sebenarnya dari objek tersebut?
c. Berapa
besar errot yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran tersebut terhadap
objek?
Jawaban terhadap
pertanyaan tersebut tidak lain dari tiga aspek pengertian tentang reabilitas.
Suatu alat ukur alat ukur tersebut mempunyai reabilitas yang tinggi atau dapat
di percaya jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut
stabil, dapat di andalkan (dependability)
dan dapat diramalkan (predictability).
Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukuranya dan dapat di
andalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan
hasil yang serupa.
Pertanyaan kedua
memberi aspek ketepatan atau akurasi. Suatu pertanyaan atau ukuran yang akurat
adalah ukuran yang cocok dengan yang diukur. Jika kedua aspek diatas , yaitu
aspek stabilitas dan aspek akurasi di gabungkan maka dapat disimpulkan bahwa
alat ukur tersebut mantap dan dapat mengukur secara cermat dan tepat. Suatu
alat ukur juga harus sedemikian rupa sifatnya, sehingga error yang terjadi
yaitu error pengukuran yang random sifatnya dapat di tolerir (Nazir, 1988:
175).
2. Validitas
Validitas berasal dari bahasa inggris
yaitu validity the most simplistic
definition of validity is that is the degree to wich a test measures what it is
supposes to measure. A common misconception is that a test is, or, is not valid
(Gray, 1987: 155)
Validitas
mengukur sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin di ukur,
sekiranya peneliti menggunakan kuisioner yang di susunya harus mengukur apa
yang ingin diukurnya. Validitas adalah kebenaran bagi positivisme di ukur
berdasar besarnya frekwensi kejadian atau berdasar berartinya (significancy) variansi obyeknya
(Muhajir, 1998: 36).
C. Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data tidak lain dari proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian.
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting di peroleh dalam metoda
ilmiah, karena pada umumnya, data yang di kumpulkan digunakan, kecuali untuk
penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan. Data yang
dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan.
Pengumpulan data adalah prossedur yang
sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Perlu dijelaskan
bahwa pengumpulan data dapat dikerjakan berdasar pengalaman. Memang dapat di
pelajari metode-metode pengumpulan data yang lazim digunakan, tetapi bagaimana
mengumpulkan data di lapangan, dan bagaimana menggunakan teknik tersebut
dilapangan atau dilaboratorium, berkehendak akan pengalaman yang banyak (Nazir,
1988: 211). Secara umum metode pengumpulan data terbagi atas beberapa kelompok
yaitu:
1. Observasi
(Pengamatan)
Teknik observasi yaitu pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
(Margono, 2003: 158). Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadp
sesuatu objek dengan menggunakan alat indera (Arikunto, 2002: 133). Observasi
merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek
penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung
(Riyanto, 2001: 96). Observasi sebagai alat pengumpulan data ini banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalan situasi
buatan. Teknik pelaksanaan observasi ini dapat dilakukan secara langsung yaitu
pengamat berada langsung bersama objek yang diselidiki dan tidak langsung yakni
pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang
diselidiki.
Hampir setiap orang melakukan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, yakni apabila kita dengan sengaja
mengaktifkan indera kita terhadap suatu sasaran, hal yang demikian ini berarti
kita sudah melakukan pengamatan. Akan tetapi pengamatan dalam pengumpulan data
berbeda dengan pengamatan yang sehari-hari dilakukan kebanyakan orang.
Perbedaanya adalah pengamatan dalam penelitian tertuju pada sasaran yang jelas,
yakni sasaran yang akan diamati ditegaskan dulu dalam perencanaan penelitian.
Pengamatan ilmiah dalam penelitian harus direncanakan secara sistematis,
dilakukan secara teratur, dengan tujuan untuk mengembangkan atau menguji suatu
gagasan ilmiah, disamping itu pengamatan dalam penelitian mengandung suatu
nilai kebenaran, yaitu apabila ada peneliti lain yang melakukan pengamatan
terhadap obyek yang sama maka hasilnya akan tetap sama atau tidak jauh berbeda
(observation).
Petujuk penting yang harus
diperhatikan oleh peneliti dalam menggunakan teknik observasi ini menurut
Rummel (1958) adalah:
a. Pemilihan
pengetahuan yang cukup mengenai objek yang diteliti.
b. Menyelidiki
tujuan-tujuan umum dan khusus dari masalah-masalah penelitian untuk menentukan
masalah sesuatu yang harus di observasi.
c. Menentukan
cara dan alat yang dipergunakan dalam observasi.
d. Menentukan
kategori gejala yang di amati untuk memperjelas ciri-ciri setiap kategori.
e. Melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan kritis dan detail agar tidak ada gejala yang
lepas dari pengamatan.
f.
Pencatatan setiap gejala harus dilakukan
secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi.
g. Menyiapkan
secara baik alat-alat pencatatan dan cara melakukan pencatatan terhadap hasil
observasi.
Sebagaimana wawancara mendalam,
pengamatan juga merupakan salah satu metoda pengumpulan data yang bersifat
kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan ini adalah gejala sosial
yang dilakukan dengan menggunakan penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan
dan penciuman. Dalam pengamatan indera yang sring dipakai adalah penglihatan
dan pendengaran, karena obyek pengamatan dalam penelitian social adalah berupa
tingkah laku individu dan proses sosial dalam suatu kelompok kecil. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bailey bahwa mengamati gejala sudah barang tentu tidak dengan
bertanya, tetapi dengan penginderaan atau sensing (Bailey, 138).
Berdasarkan
dari deskripsi diatas, dapat dikemukakan bahwa pengamatan adlah teknik
pengumpulan data yang tidak menimbulkan stimulus
atau rangsangan atau sering disebut dengan non stimulus, karena semua gejala yang diamati sudah dapat di
presentasikan tanpa stimulus.
Teknik
pengumpulan data melalui pengamatan ini dapat di golongkan menjadi dua tipe,
yaitu pengamatan terstruktur (structured
observation) dan pengamatan non tak terstruktur (unstructured observation). Pengamatan terstruktur adalah pengamatan
yang telah dipersiapkan secara sistematis, telah diketahui kesatuanya, telah
diketahui variabel teoritis dan indikator-indikatornya. Dengan demikian
pengamatan terstruktur ini tinggal mencocokkan indikator-indikator yang telah
disusun dengan gejala yang diamati.
Dalam
pelaksanaanya pengamatan terstruktur ini dapat dilakukan tanpa partisipasi
peneliti dalam masyarakat yang diteliti, peran peneliti hanya sebagai pengamat
penuh dan tidak perlu mengambil bagian dalam interaksi dengan anggota kelompok
yang diamati demikian juga tidak perlu memperlihatkan posisi peneliti dalam
interaksi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tetap menjadi pengamat
dengan jarak tertentu dan agar tidak mempengaruhi kebiasaan komunitas yang
diamati.
Sedangkan
pengamatan tak terstruktur adalah
pengamatan yang dilakukan dengan tidak menentukan kesatuan, variabel maupun
indikatornya terlebih dahulu dengan jelas, dalam pengamatan ini tidak terdapat
hipotesis. Peneliti dalam model pengamatan ini di mulai dengan masuk ke dalam
kelompok masyarakat yang diteliti dan mengambil peran tertentu di dalamnya.
Karena keterlibatanya tersebut, maka pengamatan tak terstruktur ini juga
disebut sebagai pengamatan terlibat
atau observasi berpartisipasi.
Berdasarkan dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pengamatan terlibat
adalah sebuah penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan
metode observasi berpartisipasi dan bukan menguji hipotesis, melainkan
mengembangkan hipotesis. Oleh karena itu penelitian ini dapat di katakan
sebagai penelitian untuk mengembangkan teori dan karenananya hanya dapat
dilakukan oleh peneliti yang menguasai macam-macam teori yang telah ada di
bidang yang menjadi perhatianya.
Observasi
adalah cara untuk menggumpulkan data dengan mengamati atau mengobservasi obyek
penelitian atau peristiwa baik berupa manusia, benda mati, maupun alam. Data
yang diperoleh adalah untuk mengetahui sikap dan perilaku manusia, benda mati,
atau gejala alam. Orang yang bertugas melakukan observasi disebut observer atau pengamat. Sedangkan alat
yang dipakai untuk mengamati obyek disebut
pedoman observasi. Kelebihan observasi adalah data yang diperoleh lebih
dapat dipercaya karena dilakukan atas pengamatan sendiri.
Sedangkan kelemahanya adalah bias terjadi kesalahan interpretasi terhadap
kejadian yang diamati. Observer yang berbada dalam mengamati obek yang sama,
bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda karena factor subyektifitas observer.
Disamping item kehadiran observer di tengah-tengah obyek yang sedang diamati
bias merubah sikap dan perilaku obyek sehingga bisa menyesatkan kesimpulan.
2. Wawancara
(interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan
data dengan interview pada satu atau beberapa orang yang bersangkutan. Ada dua jenis wawancara yang lazim di gunakan
dalam pengumpulan data, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur.
Wawancara berstruktur adalah wawancara yang sebagian besar jenis-jenis
pertanyaanya telah ditentukan sebelumnya termasuk urutan yang di Tanya dan
materi pertanyaanya. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak
secara ketat telah di tentukan sebelumnya mengenai jenis-jenis pertanyaan,
urutan dan materi pertanyaannya. Materi pertanyaan dapat dikembangkan pada saat
berlangsungnya wawancara ddengan menyesuaikan pada kondisi saat itu sehingga
menjadi lebih fleksibel dan sesuai dengan jenis masalahnya.
3. Angket
Metode pengumpulan data dengan angket
dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab
secara tertulis piula oleh responden (Margono, 2003: 167). Atau dapat pula
dikatakan bahwa angket atau kuisioner adalah daftar pertanyaan yang disusun
sedemikian rupa, terstruktur dan terencana, di pakai untuk mengumpulkan data
kuantiatatif yang di gali dari responden.
4. Tes
dan Skala Obyektif
Tes dan skala obyektif adalah suatu
cara mengumpulkan data dengan memberikan tes pada obyek yang diteliti. Ada tes
dengan pertanyaan yang disediakan pilihan jawaban, ada juga tes dengan
pertanyaan tanpa pilihan jawaban (bersifat terbuka). Berdasarkan jawaban yang
diberikan ditentukan nilai masing-masing pertanyaan sehingga dapat di pakai untuk
mengukur karakteristik tertentu dari obyek yang diteliti. Cara ini banyak
dilakukan pada tes psikologi untuk mengukur kepribadian seseorang. Selain itu,
ada juga tes untuk mengukur prestasi seseorang. Ada beberapa macam tes yaitu,
tes kecerdasan dan bakat, tes kepribadian, tes sikap, tes tentang nilai, dan
tes prestasi belajar (Boediono dan Koster, 2002). Berdasarkan sarana atu obyek
yang di evaluasi, tes dan alat ukur dapat dibedakan menjadi:
a. Tes
kepribadian (personality test), untuk
mengukur kretifitas, disiplin, kemampuan khusus dan sebagainya.
b. Tes
bakat (aptitude test), untuk mengukur
bakat seseorang.
c. Tes
intelegensi (intelegence test), untuk
mengukur pikiran terhadap tingkat intelektual seseorang.
d. Tes
sikap (attitude test), untuk mengukur
sikap seseorang.
e. Tes
minat (interest test), untuk mengukur
minat seseorang terhadap sesuatu.
f.
Tes prestasi (achievement test), untuk mengukur pencapaian keberhasilan seseorang
setelah mempelajari sesuatu.
5. Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan melihat
atau mencatat suatu laporan yang tersedia. Metode ini dilakukan dengann melihat
dokumen-dokumen resmi seperti monografi, catatan-catatan serta buku-buku
peraturan yang ada. Dokumenn sebagai metode pengumpulan data adalah setiap
pernyataan tertulis yang disususn oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.
Dokumen ialah setiap bahan tertulis
atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang penyelidik. Dalam penerapan metode dokumentasi ini, biasanya peneliti
menyusun instrumen dokumentasi dengan menggunakan chek list terhadap beberapa
variable yang akan didokumentasikan. Dokumen yang di pergunakan dalam
penelitian ini dapat dibagi menjadi dokumen pribadi yang berisi catatan-catatan
yang bersifat pribadi dan dokumenresmi yang berisi catatan-catatan yang sifatnya
formal (Meleong, 2004, 163).
Sumber: Dr. Ahmad Tanzeh, M.Pd.I. 2011. Metodologi Penelitian Praktis.
Yogyakarta: Teras
No comments:
Post a Comment