Menu Blog

Friday, April 20, 2012

Perasaan dan Karakteristik Perasaan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Tulisan yang kami sajikan kepada anda ini telah melalui berbagai tahap jika di pandang melalui segi pertumbuhan , perubahan dan perkembanganya, dalam semua tahap itu yidak mengenai inti pokok tapi hanya mengenai derajat kejelasan dan pembatasanya saja. Walaupun banyak di antara kita yang bembuat suatu makalah terjadi banyak masalah mulai masalah kelompok yang sangat mengharukan dan sampai akhirnya terjadi keputusan yang tidak di inginkan.Pada bab ini kami selaku kelompok yang bertugas mengucapkan banyak terimakasih atas kekompakan dan partisipasinya bvaik yang berpartisipasi daam bidang riel dan materiel.
            Bagaimanapun juga kami tidak akan beranggapan bahwa teori ilmu jiwa yang manapun juga telah berakhir. Setiap teori adalah benar dalam jangkauan data yang terkumpul dan di jadikan pertimbangan akan tetapi yang menyedihkan bagi kami adalah bahwa setiap karya ilmiah itu selau benar tetapi kami akan mengubah paradikma itu menjadi pemikiran yang nyata, bahwasanya setiap karya ilmiah itu ciptaan manusia yang tercipta dari hasil riset dan penelitian pada sesuatu yang di amati dan manusia itu tidak pernah lepas dari kesalahan dan lupa, maka dari itu kami minta maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdaat banyak kekurangan baik materi maupun isi yang kurang jelas karena tujuan sebenarnya kami membuat makalah ini adalah untuk bahan diskusi kita tentang kebenaran isi makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perasaan (emosi)
     a.     Pengertian Perasaan
                  Perasaan termasuk gejala jiwa yang di miliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkatanya yang tidak sama.
Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan persaan orang lain, terhadap hal yang sama.
Sebagai contoh ada 2 (dua) orang bersama-sama menyaksikan pementasan drama. Seorang diantaranya menanggapi pementasan para pemeran tersebut dengan rasa kagum dan senang, singkatnya dia menilai penampilan pementasaan drama itu sangat sempurna, tapi seorang yang lain menanggapi pementasan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya pementasan itu biasa-biasa saja dan tidak menarik.
Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengam,atan, fikiran dan sebaginya. Perasaan tidak merupakan suatu gajala kejiwaan yang terdiri sendiri, tetapi bersangkut paut dengan gejala mengenal. Kadng-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal. Gejala persaan bergantung pada:
a.      Keadaan jasmani,  misal badan dalm keadaan sakit, perasaan mudah tersinggung dari pada badan dalam keadaan sehat dan segar.
b.     Pembawaan, ada orang yang pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya.
c.      Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Keadaan yang dpat memengaruhi perasaan dapt memberikan orak dalam perkembangan perasaan.
Perasaan selain bergantung kepada stimulus yang dating dari luar, perasaan juga bergantung kepada
a.       Keadaan jasmani individu yang bersangkutan.
b.      Keadaan dasar individu. Hal ini erat hubungannya dengan struktur individu.
c.       Keadaan individu pada suatu waktu, atu keadaan yang temporer seseorang.
     b.     Dimensi Perasaan
Menurut Wundt, perasaan tidak hanya dapat dialami individu sebagai perasaan senang atau tidak senang, tetapi masih dapat dilihat dar dimensi lain. Memang salah satu segi perasaan itu dialami sebagai perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenagkan. Hal ini dinyatakan oleh Wundt sebagai dimensi yang pertama. Disamping itu masih terdapat dimensi lain bahwa perasaan itu dapat dialami sebagai suatu hal yang “exited” atau sebagai “inert feeling”, hal ini oleh Wundt dipergunakan sebagi dimensi yang kedua.disamping itu masih adanya dimensi lain yang dipegunakan sebagai dimensi yang ketiga yaitu “expextancy” dan “release feeling”
Sehubungan dengan soal dan waktu dan perasaan, Strens juga membedakan perasaan dalam tiga golongan yaitu.
a.      Perasaan-perasaan presens, yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan sekarang yang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.
b.     Perasaan-perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan dalam kejadiaan-kejadiaan yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan.
c.      Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-wktu yang telah lalu, atu melihat kebelakang yang telah terjadi.
     c.     Gejala-Gejala Kejasmaniaan
Gejala perasaan tidak berdiri sendiri, melainkan bersangkut paut dengan gejala-gejala jiwa yang lain bahkan perasaan dengan keadaan tubuh ini memang tidak dapat dipisahkan, contoh:
Kalau ada orang bercakap-cakap biasanya disertai dengan gerakan tangan. Gerakan ini tidak lain dari ungkapan perasaan untuk memperjelas apa yang dikatakan. Orang yang sedang menghormati orang lain, biasanya disertai dengan gerakan tangan
 Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan dapat berwujud:
Ø  Mimik, gerak roman muka
Ø  Pantomimic, gerakan-gerakan anggota badan bagi orang bisu tuli, terdiri dari gerakan-gerakan yang termasuk mimik dan pantomimik.
Ø  Gejala pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka menjadi pucat dan sebagainya.
     d.     Affek dan Stemming (Suasana Hati)
Peristiwa psikis dapat diarikan sebagai rasa ketegangan hebat kuat, yang timbul dengan tiba-tiba dala waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai akibatnya, pribadi yang sihinggapi affek tersebut tidak mengenal atau tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya.
Wilhelm Wundt. Tokoh psikologi eksperimental dalam sebuah analisis intropeksi telah menemukan affek dalam 3 komponen, yaitu:
a.       Affek yang disertai perasaan senang dan tidak senang.
b.      Affek yang menimbulkan kegiatan jiwa atau melemahkan.
c.       Affek yang berisi penuh ketegangan dan affek penuh relaks (mengendorkan).
Sedangkan Immanuel Kant membagi affek tersebut dalam dua ketegori, yaitu:
a.      Affek Sthenis (sthenos = kuat, perkasa) dengan mana individu menyadari kemampuan dan kekuatan tenaganya, sehingga aktivitas jasmani dan rohani bias dipertinggi.
b.      Affek Asthenis, ialah affek yang membawa perasaan kehilangan kekuatan, sehingga aktifitas fisik dan psikisnya terlumpuhkan karenanya.
Stemming atau suasana hati dapat diartikan sebagai suasana hati yang berlangsung agak lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan ciri-ciri perasaan senang atau tidak senang. Sebab-sebab suasana hati itu pada umumnya ada dalam bawah sadar, namun ada kalanya juga disebabkan oleh faktor jasmaniah. Jika suasana hati ini konstan sifatnya, maka peristiwa ini disebut “humeur”.


     e.     Simpati dan Empati
Simpati ialah Sesuatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang lain. Dengan kata lain, suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan sesuatu yang sedang dirasakan oleh orang lain. Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama, atau karena berasal dari daerah yang sama, dan sebagainya.Gejala perasaan yang berlawanan dengan simpati ialah antipati. Gejala perasaan ini menunjukna ketidaksenangan kepada orang lain. Ketidaksenangan ini dapat berujung suatu kebencian. Dari kebincian ini terdapat unsur berlawanan atau bermusuhan. Antipati ini timbul karena bermacam-macam sebab seperti halnya simpati.
Empati ialah sesuatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut. Karena empati, orang mengunakan perasaannya dengan effektif dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut mengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain.

B. Karakteristiki perasaan (emosi) rendah
a.      Perasaan keinderan
            Perasaan keindaraan (sensoris) iyalah perasaan yang timbul waktu indera kita menerima perangsang.misalnya ketika mata kita melihat sebuah pertunjukan yang lucu maka perasaan kita akan menjadi senang atau gembira.
b.      Perasaan vital
            Perasaan vital(kehidupan) iyalah perasaan yang bergantung kepada keadaan tubuh kita sesewaktu.misalnya, seseorang merasa senang sekali karena sehat atau kenyang.
c.       Perasaan tanggapan
            Perasaan tanggapan iyalah perasaan yang mengiringi apabila kita menanggap sesuatu atau keadaan.misalnya, seorang prajurit mersa senang sekali ketika dia mengingat perjuanganya mempertahankan tanah airnya dari tangan penjajah.
d.      Perasaan insting
            Perasaan instink iyalah perasaan yang mengiringi sesuatu instink yang sedang timbul.misalnya, kita akan merasa senang kalau pada saat-saat akan makan yang di meja makan telah tersedia makanan yang berganti-ganti dan akan merasa tidak senang kalau pada saat-saat makan kita tidak pernah dapat makanan yang cukup apalagi berganti-ganti, dan sebagainya.

BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
          Jadi untuk mengetahui suatu watak ataupun perasaan pada suatu orang kita membutuhkan ilmu psikologi, tidak hanya itu saja selain ilmu psikologi kita juga harus tahu juga bagaimana caranya bersosialisasi dengan seseorang, karena kita tidak bias mempelajari perasaan ataupun emosi seseorang jika kita tidak pernah bersosialisasi kepadanya dan untuk menentukan atau mendoktrin dari sifat-sifat seseorang hendaknya dalam bersosialisasi tidak hanya satu atau dua hari tapi harus berhari-hari bahkan berbulan–bulan karena  semakin lama kita bersama seseorang maka secara tidak langsung kita akan mengetahui dengan sendirinya sifat-sifat yang ada pada diri orang tersebut, selain itu pada makalah ini kami membahas tentang perasaan dan karakteristik perasaan,pada bab yang kita bahas kali ini mungkin cukup membantu anda untuk mengetahui tentang erasaan dan karakteristik perasaan itu sendiri seperti yang sudah di terangkan pada pembahasan di atas, sekian makalah ini kami buat dan semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment