BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tulisan yang kami sajikan kepada
anda ini telah melalui berbagai tahap jika di pandang melalui segi pertumbuhan
, perubahan dan perkembanganya, dalam semua tahap itu yidak mengenai inti pokok
tapi hanya mengenai derajat kejelasan dan pembatasanya saja. Walaupun banyak di
antara kita yang bembuat suatu makalah terjadi banyak masalah mulai masalah
kelompok yang sangat mengharukan dan sampai akhirnya terjadi keputusan yang
tidak di inginkan.Pada bab ini kami selaku kelompok yang bertugas mengucapkan
banyak terimakasih atas kekompakan dan partisipasinya bvaik yang berpartisipasi
daam bidang riel dan materiel.
Bagaimanapun juga kami tidak akan
beranggapan bahwa teori ilmu jiwa yang manapun juga telah berakhir. Setiap
teori adalah benar dalam jangkauan data yang terkumpul dan di jadikan
pertimbangan akan tetapi yang menyedihkan bagi kami adalah bahwa setiap karya
ilmiah itu selau benar tetapi kami akan mengubah paradikma itu menjadi pemikiran
yang nyata, bahwasanya setiap karya ilmiah itu ciptaan manusia yang tercipta
dari hasil riset dan penelitian pada sesuatu yang di amati dan manusia itu
tidak pernah lepas dari kesalahan dan lupa, maka dari itu kami minta maaf
apabila dalam pembuatan makalah ini terdaat banyak kekurangan baik materi
maupun isi yang kurang jelas karena tujuan sebenarnya kami membuat makalah ini
adalah untuk bahan diskusi kita tentang kebenaran isi makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perasaan (emosi)
a.
Pengertian Perasaan
Perasaan
termasuk gejala jiwa yang di miliki oleh semua orang, hanya corak dan
tingkatanya yang tidak sama.
Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian
atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam
hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif.
Perasaan
lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan
gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang
terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan persaan orang lain, terhadap hal
yang sama.
Sebagai
contoh ada 2 (dua) orang bersama-sama menyaksikan pementasan drama. Seorang
diantaranya menanggapi pementasan para pemeran tersebut dengan rasa kagum dan
senang, singkatnya dia menilai penampilan pementasaan drama itu sangat
sempurna, tapi seorang yang lain menanggapi pementasan tersebut dengan acuh tak
acuh, tampaknya pementasan itu biasa-biasa saja dan tidak menarik.
Karena
adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat
disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengam,atan,
fikiran dan sebaginya. Perasaan tidak merupakan suatu gajala kejiwaan yang
terdiri sendiri, tetapi bersangkut paut dengan gejala mengenal. Kadng-kadang
gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya pada suatu
ketika gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal. Gejala persaan
bergantung pada:
a. Keadaan jasmani,
misal badan dalm keadaan sakit, perasaan mudah tersinggung dari pada badan
dalam keadaan sehat dan segar.
b. Pembawaan, ada orang
yang pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya.
c. Perasaan seseorang
berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Keadaan yang dpat memengaruhi perasaan
dapt memberikan orak dalam perkembangan perasaan.
Perasaan
selain bergantung kepada stimulus yang dating dari luar, perasaan juga
bergantung kepada
a. Keadaan jasmani
individu yang bersangkutan.
b. Keadaan dasar individu.
Hal ini erat hubungannya dengan struktur individu.
c. Keadaan individu pada
suatu waktu, atu keadaan yang temporer seseorang.
b. Dimensi
Perasaan
Menurut Wundt, perasaan tidak hanya dapat
dialami individu sebagai perasaan senang atau tidak senang, tetapi masih dapat
dilihat dar dimensi lain. Memang salah satu segi perasaan itu dialami sebagai perasaan
yang menyenangkan atau tidak menyenagkan. Hal ini dinyatakan oleh Wundt sebagai
dimensi yang pertama. Disamping itu masih terdapat dimensi lain bahwa perasaan
itu dapat dialami sebagai suatu hal yang “exited” atau sebagai “inert feeling”,
hal ini oleh Wundt dipergunakan sebagi dimensi yang kedua.disamping itu masih
adanya dimensi lain yang dipegunakan sebagai dimensi yang ketiga yaitu
“expextancy” dan “release feeling”
Sehubungan dengan soal dan waktu dan
perasaan, Strens juga membedakan perasaan dalam tiga golongan yaitu.
a. Perasaan-perasaan
presens, yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan sekarang yang dihadapi.
Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.
b. Perasaan-perasaan yang
menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan dalam kejadiaan-kejadiaan yang
akan datang, jadi masih dalam pengharapan.
c. Perasaan-perasaan yang
berhubungan dengan waktu-wktu yang telah lalu, atu melihat kebelakang yang
telah terjadi.
c.
Gejala-Gejala Kejasmaniaan
Gejala perasaan tidak berdiri sendiri,
melainkan bersangkut paut dengan gejala-gejala jiwa yang lain bahkan perasaan
dengan keadaan tubuh ini memang tidak dapat dipisahkan, contoh:
Kalau ada
orang bercakap-cakap biasanya disertai dengan gerakan tangan. Gerakan ini tidak
lain dari ungkapan perasaan untuk memperjelas apa yang dikatakan. Orang yang
sedang menghormati orang lain, biasanya disertai dengan gerakan tangan
Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan
dapat berwujud:
Ø Mimik, gerak roman muka
Ø Pantomimic,
gerakan-gerakan anggota badan bagi orang bisu tuli, terdiri dari
gerakan-gerakan yang termasuk mimik dan pantomimik.
Ø Gejala
pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka menjadi
pucat dan sebagainya.
d. Affek
dan Stemming (Suasana Hati)
Peristiwa
psikis dapat diarikan sebagai rasa ketegangan hebat kuat, yang timbul dengan
tiba-tiba dala waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-gejala
jasmaniah yang hebat pula. Sebagai akibatnya, pribadi yang sihinggapi affek
tersebut tidak mengenal atau tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang
diperbuatnya.
Wilhelm
Wundt. Tokoh psikologi eksperimental dalam sebuah analisis intropeksi telah
menemukan affek dalam 3 komponen, yaitu:
a. Affek yang disertai
perasaan senang dan tidak senang.
b. Affek yang menimbulkan
kegiatan jiwa atau melemahkan.
c. Affek yang berisi penuh
ketegangan dan affek penuh relaks (mengendorkan).
Sedangkan Immanuel
Kant membagi affek tersebut dalam dua ketegori, yaitu:
a. Affek Sthenis (sthenos
= kuat, perkasa) dengan mana individu menyadari kemampuan dan kekuatan
tenaganya, sehingga aktivitas jasmani dan rohani bias dipertinggi.
b. Affek Asthenis, ialah
affek yang membawa perasaan kehilangan kekuatan, sehingga aktifitas fisik dan
psikisnya terlumpuhkan karenanya.
Stemming
atau suasana hati dapat diartikan sebagai suasana hati yang berlangsung agak
lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan ciri-ciri perasaan
senang atau tidak senang. Sebab-sebab suasana hati itu pada umumnya ada dalam
bawah sadar, namun ada kalanya juga disebabkan oleh faktor jasmaniah. Jika
suasana hati ini konstan sifatnya, maka peristiwa ini disebut “humeur”.
e. Simpati dan Empati
Simpati
ialah Sesuatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang
sedang dirasakan orang lain. Dengan kata lain, suatu kecenderungan untuk ikut
serta merasakan sesuatu yang sedang dirasakan oleh orang lain. Simpati dapat
timbul karena persamaan cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama, atau
karena berasal dari daerah yang sama, dan sebagainya.Gejala perasaan yang
berlawanan dengan simpati ialah antipati. Gejala perasaan ini menunjukna
ketidaksenangan kepada orang lain. Ketidaksenangan ini dapat berujung suatu
kebencian. Dari kebincian ini terdapat unsur berlawanan atau bermusuhan. Antipati
ini timbul karena bermacam-macam sebab seperti halnya simpati.
Empati
ialah sesuatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain
andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut. Karena empati, orang
mengunakan perasaannya dengan effektif dalam situasi orang lain, didorong oleh
emosinya seolah-olah dia ikut mengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang
dilakukan orang lain.
B.
Karakteristiki perasaan (emosi) rendah
a. Perasaan
keinderan
Perasaan keindaraan (sensoris) iyalah perasaan yang timbul waktu indera
kita menerima perangsang.misalnya ketika mata kita melihat sebuah pertunjukan
yang lucu maka perasaan kita akan menjadi senang atau gembira.
b. Perasaan
vital
Perasaan vital(kehidupan) iyalah perasaan yang bergantung kepada keadaan
tubuh kita sesewaktu.misalnya, seseorang merasa senang sekali karena sehat atau
kenyang.
c. Perasaan
tanggapan
Perasaan tanggapan iyalah perasaan yang mengiringi apabila kita
menanggap sesuatu atau keadaan.misalnya, seorang prajurit mersa senang sekali
ketika dia mengingat perjuanganya mempertahankan tanah airnya dari tangan
penjajah.
d. Perasaan
insting
Perasaan instink iyalah perasaan
yang mengiringi sesuatu instink yang sedang timbul.misalnya, kita akan merasa
senang kalau pada saat-saat akan makan yang di meja makan telah tersedia
makanan yang berganti-ganti dan akan merasa tidak senang kalau pada saat-saat
makan kita tidak pernah dapat makanan yang cukup apalagi berganti-ganti, dan
sebagainya.
BAB III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi untuk mengetahui suatu watak ataupun perasaan pada suatu orang kita
membutuhkan ilmu psikologi, tidak hanya itu saja selain ilmu psikologi kita
juga harus tahu juga bagaimana caranya bersosialisasi dengan seseorang, karena
kita tidak bias mempelajari perasaan ataupun emosi seseorang jika kita tidak
pernah bersosialisasi kepadanya dan untuk menentukan atau mendoktrin dari
sifat-sifat seseorang hendaknya dalam bersosialisasi tidak hanya satu atau dua
hari tapi harus berhari-hari bahkan berbulan–bulan karena semakin lama kita bersama seseorang maka
secara tidak langsung kita akan mengetahui dengan sendirinya sifat-sifat yang
ada pada diri orang tersebut, selain itu pada makalah ini kami membahas tentang
perasaan dan karakteristik perasaan,pada bab yang kita bahas kali ini mungkin
cukup membantu anda untuk mengetahui tentang erasaan dan karakteristik perasaan
itu sendiri seperti yang sudah di terangkan pada pembahasan di atas, sekian
makalah ini kami buat dan semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment