Menu Blog

Wednesday, May 2, 2012

Identifikasi Peluang Usaha Baru


A.    Identifikasi Peluang Usaha
Banyak peluang di dalam mengidentifikasi hal baru yang lebih baik untuk di kerjakan dan cara baru dan lebih baik di dalam mengerjakan sesuatu. Wirausahawan adalah orang yang mencari dan melihat peluang yang tersembunyi dengan gagasan baru, kemudian bekerja keras merubah peluang menjadi kenyataan.
Para wirausahawan mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan senantiasa menyimpan informasi yang menarik minat dalam ingatan mereka. Terdapat dua jenis kesadaran yang memaksa penelusuran peluang venture baru yaitu: kesadaran yang tercermin dalam orientasi eksernal dan yang tercermin dalam orientasi internal[1].

Barang dan jasa, secara tidak langsung dan secara langsung merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kedua alat pemuas kebutuhan tersebut di hasilkan dengan menggunakan faktor-faktor produksi.
Barang merupakan alat pemuas kebutuhan yang dapat di raba. Contoh dari barang adalah, sayuran, buah-buahan, baju, celana, televisi dan mobil, sedangkan yang di golongkan sebagai jasa adalah suatu produk yang di hasilkan individu atau perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia tetapi tidak dapat dilihat secara fisik. Pendidikan memproduksi jasa, yaitu untuk mencerdaskan masyarakat.
Seterusnya barang jadi yang di konsumsi masyarakat dapat pula di bedakan kepada tiga kelompok berikut:
1.    Barang yang mudah rusak (perishable goods). Yang termasuk dalam golongan ini terutama terdiri dari berbagai jenis makanan, seperti: sayuran, nasi, daging, dan berbagai jenis minuman.
2.    Barang setengah tahan lama (semi durable goods). Yang termasuk golongan ini adalah kebanyakan barang yang di gunakan sehari-hari, seperti: pakaian, perabot, dan mainan anak-anak.
3.    Barang tahan lama (durable goods). Contohnya adalah televisi, mobil dan barang perhiasan[2].

B.     Orientasi Eksternal dan Internal
Keingintahuan dan minat pada apa yang terjadi di dunia merangsang orientasi Eksternal. Para wirausahawan menelusuri banyak sumber gagasan. Sumber gagasan tersebut adalah:
1. Konsumen
2. Perusahaan yang sudah ada
3. Saluran distribusi
4. Pemerintah
5. Penelitian dan Pengembangan
Orientasi internal merangsang sumber daya-sumber daya pribadi untuk mengidentifikasi peluang venture baru. Setiap orang menyinternalimpan pengetahuan sepanjang tahun. Pengetahuan ini terssusn dari berbagai jenis data, gagasan, konsep, prinsip-prinsip, citra, dan fakta-fakta. Terdapat tiga tahap penggunaan sumber daya-sumber daya internal yaitu :
1.      Analisa konsep hingga bisa terdefinisi dengan jelas, termasuk penguraian masalah yang perlu dipecahkan.
2.      Penggunaan daya ingat untuk menemukan kesamaan dan unsur-unsur yang nampaknya berhubungan dengan konsep dan masalah-masalahnya.
3.      Rekombinasi unsur-unsur tersebut dengan cara baru dan bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah dan membuat konsep dasar bisa dipraktekkan[3].

C.    Sumber Gagasan Bagi Produk dan Jasa Baru
Memulai atau membuka usaha baru adalah sebuah keputusan yang penting. Sebagai titik awal aktifitas bisnis akan di mulai, maka ketika hendak melangkah, yang bersangkutan hendaknya memberdayakan secarta optimal kecerdasan yang di miliki, baik kecerdasan intelegensi, kecerdasan emosi, maupun yang lainya[4]. Walaupun terdapat banyak pendekatan untuk mencari sumber gagasan bagi produk dan jasa baru, proses ini bisa dipercepat dengan penggunaan saran-saran berikut dimana gagasan baru bisa memunculkan usaha baru.
1.    Kebutuhan akan sumber penemuan
Penemuan tau inovasi  berasal dari persepsi kebutuhan yang jelas yang ingin di penuhi. Terdapat banyak contoh barang atau jasa yang telah di kembangkan dari persepsi demikian itu. Misalnya, telah di kembangkan di daerah-daerah di mana air langka, mahal dan agak bergaram. Metode irigasi ini menggunakan peralatan yang akan meneteskan air kepermukaan tanah dekat tanaman di mana hal ini akan menghemat air. Wirausahawan bias memulai usaha baru dengan memproduksi peralatan penates air untuk irigasi tersebut.
2.    Hobi atau kesenangan pribadi
            Hobi atau minat pribadi adakalanya bias mendorang bisnis baru, misalnya, kesenagan membuat roti akan bias memunculkan usaha baru. Dengan mengembangkan roti yang mempunyai rasa yang khas yang di sukai oleh orang lain, seseorang bisa mendirikan usaha roti tersebut..
3.    Mengamati kecenderungan-kecenderungan
            Kecenderungan dan kebiasaan dalam mode merupakan sumber gagasan untuk melakukan venture baru. Banyak peluang yang terlihat oleh para pengamat mendorongnya untuk mengerjakan sesuatu yang barupada saat yang tepat. Berdirinya usaha-usaha butik, perancangan mode pakaian (Misalnya, diCihampelas) merupakan salah satu contoh dari pemanfaatan peluang usaha baru melalui pengamatan kecenderungan dalam bidang mode.
4.    Mengamati kekurangan-kekurangan produk dan jasa yang ada
                        Lahan yang subur bagi gagasan barang dan jasa baru terletak pada pengamatan kekurangan pada barang dan jasa yang ada. Pendekatan ini di tujukan untuk memperbaiki kinerja atau menambah keunggulan yang di perlukan. Misalnya, Pengembangan kunci anti maling dimobil merupakan peluang usaha baru dengan memanfaatka kelemahan dan kekurangan yang ada pada kunci biasa yang mudah di rusak oleh para pencuri.
5.    Mengapa tidak terdapat ?
Peluang bagi usaha baru adakalanya dating di dalam menjawab pertanyaan, “ mengapa tidak terdapat?”. Sebagai contoh tidak adanya cairan penghapus tinta merupakan peluang mendirikan usaha baru yang di sebabkan tidak adanya alat untuk menghapus inta.
6.    Kegunaan lain dari barang-barang biasa
Banyak produk komersil berasal dari penerapan barang-barang biasa untuk kegunaan lain yang bukan kegunaan yang di maksudkan dari barang itu. Barang tersebut berkisar dari perubahan karakter dan kegunaan dari barang akhir hingga pengembangan penerapan baru barang yang tidak terpaakai. Pengembangan shampoo 2 in 1 merupakan penambahan condisioner pada shampoo yang sudah ada, sehingga tidak perlu lagi membeli kondisioner untuk merapikan rambut.
7.    Pemanfaatan produk dari perusahaan lain
Banyak perusahaan baru yang terbentuk sebagai perusahaan yang memanfaatkan produk dari perusahaan yang sudah ada. Misalnya, seorang pegawai pengetik dari suatu perusahaaan berusaha mendapatkan tambahan pendapatan dengan mengetik skripsi, laporan, dlldirumahnya dimalam hari dan di hari minggu. Beberapa pemberi order merasa puas dengan hasil kerjanya sehingga dia menjadi konsumen tetap. Ketika usahanya berkembang dan dan penghasilanya melebihi penghasilanya di kantor, pengetik tersebut semakin terlibat dengan pekerjaan di rumahnya sehinggan dia memutuskan untuk mengembangkan usahanya sendiri dengan membuka biro pengetikan[5].

D.    Proses Perencanaan dan Pengembangan Produk
Yang di maksud dengan produk menurut Philip Kotler ialah segala sesuatu yang dapat di tawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Definisi yang lebih lengkap tentang produk ialah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna harga, nama baik pabrik, nama baik toko, yang menjual (pengecer) dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang di terima oleh pembeli guna memuaskan keinginanya[6].
Perencanaan dan pengembangan produk pada suatu perusahaan dapat di lakukan dengan berbagai tahap. Tahap-tahap yang biasanya di ikuti dengan pengembangan produk ialah adaya suatu ide, penyaringan ide, pengembangan ide, pembuatan percobaan, analisis usaha, percobaan penjualan di pasar. Jika ini berhasil baru di produksi secara massal[7].
Tujuan mengadakan pengembangan produk antara lain, ialah:
1.    Memenuhi keinginan konsumen
2.    Memenangkan persaingan
3.    Meningkatkan jumlah penjualan
4.    Mendayagunakan sumber-sumber produksi
5.    Mencegah kebosanan konsumen[8]

E.     Kegagalan Dalam Memillih Peluang Usaha
Kemampuan manajerial merupakan alasan bagi kegagalan usaha kecil baru, seprti telah di kemukakan oleh Zimmerer bahwa keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha[9]. Kegagalan yang sering di alami calon wirausahawan dalam melakukan usaha biasanya di sebabkan oleh berbagai hal, antara lain:
1.    Kurangnya Obyektifitas
2.    Kurangnya kedekatan dengan pasar
3.    Pemahaman kebutuhan teknis yang tidak memadai
4.    Di abaikanya kebutuhan finansial
5.    Kurangnya diferensiasi produk
6.    Pemahaman terhadap masalah-masalah hokum yang tidak memadai[10].
 

[1] Masykur Wiratmo.1996. Pengantar Kewiraswastaan: Kerangka dasar memasuki dunia bisnis. Hlm. 11
[2] Sadono Sukirno, dkk. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana. Hlm 20-21
[3]Masykur Wiratmo. 1996. Hlm 11-12
[4] Rohmadi Rusdi. 2005. Sukses Mengelola Usaha Baru. Semarang: Effhar Offset. Hlm 34
[5] Masykur Wiratmo. 1996. Hlm 12-14
[6] Buchari Alma. 2005. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Hlm 185-186
[7] Masykur Wiratmo. 1996. Hlm 14
[8] Buchari Alma. 2005. Hlm 187
[9] Suryana. Tanpa tahun. Kewirausahaan. Salemba Empat. Hlm 39
[10] Masykur  Wiratmo. 1996. Hlm.19-21

No comments:

Post a Comment