A.
Identifikasi
Peluang Usaha
Banyak peluang di dalam mengidentifikasi hal baru yang
lebih baik untuk di kerjakan dan cara baru dan lebih baik di dalam mengerjakan
sesuatu. Wirausahawan adalah orang yang mencari dan melihat peluang yang
tersembunyi dengan gagasan baru, kemudian bekerja keras merubah peluang menjadi
kenyataan.
Para wirausahawan mempunyai rasa ingin tahu yang besar
dan senantiasa menyimpan informasi yang menarik minat dalam ingatan mereka.
Terdapat dua jenis kesadaran yang memaksa penelusuran peluang venture baru
yaitu: kesadaran yang tercermin dalam orientasi eksernal dan yang tercermin
dalam orientasi internal[1].
Barang dan jasa, secara tidak langsung dan secara
langsung merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kedua alat pemuas
kebutuhan tersebut di hasilkan dengan menggunakan faktor-faktor produksi.
Barang
merupakan alat pemuas kebutuhan yang dapat di raba. Contoh dari barang adalah,
sayuran, buah-buahan, baju, celana, televisi dan mobil, sedangkan yang di
golongkan sebagai jasa adalah suatu produk yang di hasilkan individu atau
perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia tetapi tidak dapat dilihat
secara fisik. Pendidikan memproduksi jasa, yaitu untuk mencerdaskan masyarakat.
Seterusnya
barang jadi yang di konsumsi masyarakat dapat pula di bedakan kepada tiga
kelompok berikut:
1.
Barang
yang mudah rusak (perishable goods).
Yang termasuk dalam golongan ini terutama terdiri dari berbagai jenis makanan,
seperti: sayuran, nasi, daging, dan berbagai jenis minuman.
2.
Barang
setengah tahan lama (semi durable goods).
Yang termasuk golongan ini adalah kebanyakan barang yang di gunakan
sehari-hari, seperti: pakaian, perabot, dan mainan anak-anak.
3.
Barang
tahan lama (durable goods). Contohnya
adalah televisi, mobil dan barang perhiasan[2].
B.
Orientasi
Eksternal dan Internal
Keingintahuan
dan minat pada apa yang terjadi di dunia merangsang orientasi Eksternal. Para
wirausahawan menelusuri banyak sumber gagasan. Sumber gagasan tersebut adalah:
1. Konsumen
2. Perusahaan yang sudah ada
3. Saluran distribusi
4. Pemerintah
5. Penelitian dan Pengembangan
2. Perusahaan yang sudah ada
3. Saluran distribusi
4. Pemerintah
5. Penelitian dan Pengembangan
Orientasi
internal merangsang sumber daya-sumber daya pribadi untuk mengidentifikasi
peluang venture baru. Setiap orang menyinternalimpan pengetahuan sepanjang
tahun. Pengetahuan ini terssusn dari berbagai jenis data, gagasan, konsep,
prinsip-prinsip, citra, dan fakta-fakta. Terdapat tiga tahap penggunaan sumber
daya-sumber daya internal yaitu :
1. Analisa konsep hingga bisa
terdefinisi dengan jelas, termasuk penguraian masalah yang perlu dipecahkan.
2. Penggunaan daya ingat untuk
menemukan kesamaan dan unsur-unsur yang nampaknya berhubungan dengan konsep dan
masalah-masalahnya.
3. Rekombinasi unsur-unsur
tersebut dengan cara baru dan bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah dan
membuat konsep dasar bisa dipraktekkan[3].
C.
Sumber
Gagasan Bagi Produk dan Jasa Baru
Memulai atau membuka usaha baru adalah sebuah keputusan
yang penting. Sebagai titik awal aktifitas bisnis akan di mulai, maka ketika
hendak melangkah, yang bersangkutan hendaknya memberdayakan secarta optimal
kecerdasan yang di miliki, baik kecerdasan intelegensi, kecerdasan emosi,
maupun yang lainya[4]. Walaupun terdapat banyak
pendekatan untuk mencari sumber gagasan bagi produk dan jasa baru, proses ini bisa
dipercepat dengan penggunaan saran-saran berikut dimana gagasan baru bisa memunculkan
usaha baru.
1. Kebutuhan
akan sumber penemuan
Penemuan tau inovasi
berasal dari persepsi kebutuhan yang jelas yang ingin di penuhi.
Terdapat banyak contoh barang atau jasa yang telah di kembangkan dari persepsi
demikian itu. Misalnya, telah di kembangkan di daerah-daerah di mana air
langka, mahal dan agak bergaram. Metode irigasi ini menggunakan peralatan yang
akan meneteskan air kepermukaan tanah dekat tanaman di mana hal ini akan
menghemat air. Wirausahawan bias memulai usaha baru dengan memproduksi peralatan
penates air untuk irigasi tersebut.
2.
Hobi atau kesenangan pribadi
Hobi atau minat pribadi adakalanya bias mendorang bisnis
baru, misalnya, kesenagan membuat roti akan bias memunculkan usaha baru. Dengan
mengembangkan roti yang mempunyai rasa yang khas yang di sukai oleh orang lain,
seseorang bisa mendirikan usaha roti tersebut..
3.
Mengamati kecenderungan-kecenderungan
Kecenderungan dan kebiasaan dalam mode merupakan sumber
gagasan untuk melakukan venture baru. Banyak peluang yang terlihat oleh para
pengamat mendorongnya untuk mengerjakan sesuatu yang barupada saat yang tepat.
Berdirinya usaha-usaha butik, perancangan mode pakaian (Misalnya, diCihampelas)
merupakan salah satu contoh dari pemanfaatan peluang usaha baru melalui
pengamatan kecenderungan dalam bidang mode.
4.
Mengamati kekurangan-kekurangan produk dan jasa
yang ada
Lahan
yang subur bagi gagasan barang dan jasa baru terletak pada pengamatan
kekurangan pada barang dan jasa yang ada. Pendekatan ini di tujukan untuk
memperbaiki kinerja atau menambah keunggulan yang di perlukan. Misalnya,
Pengembangan kunci anti maling dimobil merupakan peluang usaha baru dengan
memanfaatka kelemahan dan kekurangan yang ada pada kunci biasa yang mudah di
rusak oleh para pencuri.
5.
Mengapa tidak terdapat ?
Peluang
bagi usaha baru adakalanya dating di dalam menjawab pertanyaan, “ mengapa tidak
terdapat?”. Sebagai contoh tidak adanya cairan penghapus tinta merupakan
peluang mendirikan usaha baru yang di sebabkan tidak adanya alat untuk
menghapus inta.
6.
Kegunaan lain dari barang-barang biasa
Banyak produk komersil
berasal dari penerapan barang-barang biasa untuk kegunaan lain yang bukan
kegunaan yang di maksudkan dari barang itu. Barang tersebut berkisar dari
perubahan karakter dan kegunaan dari barang akhir hingga pengembangan penerapan
baru barang yang tidak terpaakai. Pengembangan shampoo 2 in 1 merupakan
penambahan condisioner pada shampoo yang sudah ada, sehingga tidak perlu lagi
membeli kondisioner untuk merapikan rambut.
7.
Pemanfaatan produk dari perusahaan lain
Banyak perusahaan baru yang terbentuk sebagai
perusahaan yang memanfaatkan produk dari perusahaan yang sudah ada. Misalnya,
seorang pegawai pengetik dari suatu perusahaaan berusaha mendapatkan tambahan
pendapatan dengan mengetik skripsi, laporan, dlldirumahnya dimalam hari dan di
hari minggu. Beberapa pemberi order merasa puas dengan hasil kerjanya sehingga
dia menjadi konsumen tetap. Ketika usahanya berkembang dan dan penghasilanya
melebihi penghasilanya di kantor, pengetik tersebut semakin terlibat dengan
pekerjaan di rumahnya sehinggan dia memutuskan untuk mengembangkan usahanya
sendiri dengan membuka biro pengetikan[5].
D.
Proses
Perencanaan dan Pengembangan Produk
Yang di maksud dengan produk menurut Philip Kotler
ialah segala sesuatu yang dapat di tawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Definisi yang lebih lengkap tentang produk ialah
seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya
masalah warna harga, nama baik pabrik, nama baik toko, yang menjual (pengecer)
dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang di terima oleh pembeli guna
memuaskan keinginanya[6].
Perencanaan dan pengembangan produk pada suatu
perusahaan dapat di lakukan dengan berbagai tahap. Tahap-tahap yang biasanya di
ikuti dengan pengembangan produk ialah adaya suatu ide, penyaringan ide,
pengembangan ide, pembuatan percobaan, analisis usaha, percobaan penjualan di
pasar. Jika ini berhasil baru di produksi secara massal[7].
Tujuan mengadakan pengembangan produk antara lain,
ialah:
1. Memenuhi
keinginan konsumen
2. Memenangkan
persaingan
3. Meningkatkan
jumlah penjualan
4. Mendayagunakan
sumber-sumber produksi
5. Mencegah
kebosanan konsumen[8]
E.
Kegagalan
Dalam Memillih Peluang Usaha
Kemampuan manajerial merupakan alasan bagi kegagalan
usaha kecil baru, seprti telah di kemukakan oleh Zimmerer bahwa keberhasilan
atau kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha[9].
Kegagalan yang sering di alami calon wirausahawan dalam melakukan usaha
biasanya di sebabkan oleh berbagai hal, antara lain:
1. Kurangnya
Obyektifitas
2. Kurangnya
kedekatan dengan pasar
3. Pemahaman
kebutuhan teknis yang tidak memadai
4. Di
abaikanya kebutuhan finansial
5. Kurangnya
diferensiasi produk
6. Pemahaman
terhadap masalah-masalah hokum yang tidak memadai[10].
[1] Masykur Wiratmo.1996. Pengantar Kewiraswastaan: Kerangka dasar
memasuki dunia bisnis. Hlm. 11
[2] Sadono Sukirno, dkk. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana. Hlm 20-21
[3]Masykur Wiratmo. 1996. Hlm
11-12
[4] Rohmadi Rusdi. 2005. Sukses Mengelola Usaha Baru. Semarang:
Effhar Offset. Hlm 34
[5] Masykur Wiratmo. 1996. Hlm
12-14
[6] Buchari Alma. 2005. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Hlm
185-186
[7] Masykur Wiratmo. 1996. Hlm
14
[8] Buchari Alma. 2005. Hlm
187
[9] Suryana. Tanpa tahun. Kewirausahaan. Salemba Empat. Hlm 39
[10] Masykur Wiratmo. 1996. Hlm.19-21
No comments:
Post a Comment