Evaluasi mempunyai arti yang berbeda untuk guru yang berbeda.
Berikut beberapa arti yang telah secara luas dapat diterima oleh para guru dan
lapangan.Evaluation is a process which determines the extent to which
objectives have been achieved (Cross, 1973:5).Evaluasi merupakan proses
yang menentukan kondisi, dimana suatu
tujuan telah dapat dicapai.
Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan
tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai.
Sebenarnya evaluasi juda merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan,
dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan mengambil keputusan.
Dalam evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus
tepat terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku.
Dikarenakan tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang
sama, maka evaluasi menjadi salah satu hal yang sulit dan menentang, yang harus
disadari oleh para guru. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan.
Beberapa tingkah laku yang sering muncul serta menjadi perhatian
para guru adalah tingkah laku yang dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah,
yaitu pengetahuan intelektual (cognitives), keterampilan (skiils)
yang menghasilkan tindakan, dan bentuk lain adalah values dan attitudes
atau yang dikategorikan ke dalam affective domain.
Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat
menggambarkan kemampuan siswa yang di evaluasi. Kesalahan utama yang sering
terjadi di antara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada
saat-saat tertentu, seperti pada akhir unit, pertengahan, dan/atau akhir suatu
program pengajaran. Akibat yang terjadi adalah minimnya informasi tentang para
siswa sehingga banyaknya perlakuan prediksi guru menjadi bias dalam menentukan posisi
mereka dalam kegiatan kelasnya. Dalam pengemabangan intrusional, evaluasi
hendaknya dilakukan semaksimal mungkin dalam suatu kegiatan. Ini dianjurkan
karena untuk mendapatkan informasi yang banyak tentang kegiatan siswa di kelas dan
kemudian digunakan untuk menilai tingkat ketrelaksaan program yang seperti
direncanakan.
Evaluasi sebainya dikerjakan setiap hari dengan skedul yang
sistematis dan terencana. Ini dapat dilakukan oleh seorang guru dengan
menempatkan secara integral evaluasi dalam perencanaan dan implementasi satuan
pelajar materi pembelajaran. Bagian penting lainnya yang perlu di perhatikan
bagi seorang pendidik adalah perlunya melibatkan siswa dalam evaluasi sehingga
mereka sadar dapat mengenali perkembangan pencapaian hasil pembelajaran mereka.
Definisi lain yang berkaitan dengan proses pengukuran hasil belajar
siswa, yaitu evaluation is a process of making an assessment of a student’s
growth. Evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses
belajar mengajar. Pencapaian perkembangan siswa perlu diukur, baik posisi siswa
sebagai individu maupun posisinya dalam kegiatan kelompok. Hal yang demikian perlu disadari oleh seorang
guru karena pada umumnya siswa masuk kelas dengan kemampuan yang bervariasi.
Ada siswa yang cepat menangkap materi pelajaran, tetapi ada pula yang tergolong
memiliki kecepatan yang biasa dan ada pula yang tergolong lambat. Guru dapat
mengevaluasi pertumbuhan kemampuan siswa dengan mengetahui apa yang mereka
kerjakan pada awal sampai akhir (measurement). Pencapaian belajar siswa
dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan mengetahui tingkat ketercapaian
standart yang ditentukan dan melalui
tugas-tugas yang dapat di selesaikan siswa dengan tuntas.
Mengukur pencapaian hasil belajar dapat melibatkan pengukuran
secara kuantitatif yang menghasilkan data kuantitatif misalnya tes dan skor,
dan dapat pula mengukur dengan data kualitatif yang menghasilkan deskripsi
tentang subjek atau objek yang diukur, misalnya rendah, medium dan tinggi.
Jadi, kegiatan mengukur atau biasa di sebut pengukuran tidak lain adalah bagian
evaluasi yangmemiliki tujuan untuk menghasilkan data, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.
Kegiatan evaluasi dapat mencangkup deskripsi tingkah laku, baik
secara kuatitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dilengkapi dengan
pengukuran, yang digunakan untuk menentukan perkembangan dan pertumbuhan siswa.
Di samping itu, evaluasi kuatitatif juga diperlukan untuk menentukan posisi
seorang siswa dalam kelompok atau kelasnya.
Ada kecenderungan bahwa sebagian guru melengkapi laporan
evaluasinya dengan evaluasi kualitatif yang di dalamnya lebih banyak berisi
informasi kualitatif. Evaluasi kualitatif tidak selalu tepat, karena adanya
faktor judgemnt atau pertimbangan subjektivitas yang dibuat oleh guru. Jugment
tersebut biasanya bervariasi dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik yang berasal dari internal guru, misalnya empati, rasa iba,
dan kedekatan hubungan dengan peserta didik, maupun faktor eksternal guru,
seperti kebijakan sekolah, faktor kolegial sesama guru, atau atas nama citra
lembaga.
Ada pengaman penilaian kualitatif dapat dilakukan dengan baik, di
ataranya adalah gunakan secara proporsional dengan tidak mengabaikan informasi
yang berupa angka, di samping itu, gunakan pula secara sistematis pertimbangan
orang lain atatu mitra bestari untuk menilai evaluasi kualitatif.
A. Karakteristik dan Fungsi Evaluasi
Kegiatan evaluasi dalam
proses belajar mengajar mempunyai beberapa karakteristik penting, di antaranya sebagai berikut :
1. Memiliki
implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi. Hal ini
terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap kemampuan yang tidak
tampak dari siswa. Apa yang di lakukan adalah ia lebih banyak menafsir melalui
beberapa aspek penting yang diizinkan seperti melalui penampilan, keterampilan
atau reaksi mereka terhadap suatu stimulasi yang diberikan secara terencana.
2. Lebih
bersifat tidak lengkap. Dikarenakan evaluasi tidak
dilakukan secara kontinu maka merupakan
sebagian fenomena saja. Atau dengan kata lain, apa yang dievaluasikan hanya
sesuai dengan pertanyaan item yang direncanakan oleh seorang guru.
3. Mempunyai
sifat kebermaknaan relatif. Ini berarti, hasil penilaian
tergantung pada tolok ukur yang digunakan oleh guru. Di samping itu,
evaluasipun tergantung dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan.
Sebagian contoh, jika jika kita mengukur objek dengan penggaris yang mempunyai
ketelitian milimeter akan memperoleh hasil pengukuran yang kasar.
Sebaliknya,jika seorang guru mengukur dengan menggunakan alat mikrometer yang biasa mempunyai ketelitian 0,2 milimeter
maka hasil pengukuran yang dilakukan akan memperoleh hasil ukur yang lebih
teliti.
Di samping karakteristik, evaluasi juga mempunyai fungsi yang
bervariasi di dalam proses belajar mengajar , yaitu sebagai berikut :
1) Sebagai
alat guna mengetahui apakah peserta didik telah mengetahui pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
2) Untuk
mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakunkan kegiatan
belajar.
3) Mengetahui
tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
4) Sebagai
sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5) Sevagai
alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6) Sebagai
materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
Demikian bervariasinya fungsi evaluasi, maka sangat penting bagi
para guru agar
ketika merenanakan kegiatan evaluasi, sebaiknya perlu mempertimbangkan lebih
dahulu fungsi dan karakteristik evaluasi yang manakah, yang hendak dibuat untuk
para siswa.
B. Prinsip-prinsip Evaluasi
Prinsip tidak lain adalah pernyataan yang mengandung kebenaran
hampir sebagian besar, jika tidak dikatakan besar, jika tidak dikatakan benar
untuk semua kasus. Hal ini sesuai dengan pendapat Cross yang mengatakan bahwa a
principle is a statement that holds in most, if not all cases. Keberadaan
prinsip bagi seorang guru mempunyai arti penting, karena dengan memahami
prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya atau guru
lain guna merealisasi evaluasi cara benar.
Dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip evaluasi dapat dilihat
seperti berikut ini :
1. Evaluasi
harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan.
2. Evaluasi
sebaiknya dilaksanakan secara komprehensif.
3. Evaluasi
diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan peserta didik.
4. Evaluasi
dilaksanakan dalam proses kontinu.
5. Evaluasi
harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.
Sedangkan
menurut slameto (2001:16) evaluasi harus mempunyai minimal tujuh prinsip
berikut:
a. Terpadu
b. Menganut
cara belajar siswa aktif
c. Kontinuitas
d. Koherensi
dengan tujuan
e. Menyeluruh
f.
Membedakan (diskriminasi)
g. Pedagogis
C. Cakupan Evaluasi Pendidikan
Mengingatnya luasnya cakupan bidang pendidikan, dapat
diidentifikasi bahwa evaluasi pendidikan pada prinsipnya dapat dikelompokkan dalam
tiga cangkupan penting, yaitu evaluasi pembelajaran, evaluasi pembelajaran,
evaluasi program, dan evaluasi sistem. Hal ini sesuai dengan pasal 57 ayat 2,
UURI No. 20 Tahun 2003, evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan
program pendidikan pada jalur formal dan nonoformal untuk semua jenjang satuan
dan jenis pendidikan.
Evaluasi pembelajaran merupakan ini bahasan evaluasi yang
kegiatannya dalam lingkup kelas atau dalam lingkup proses belajar mengajar.
Evaluasi pembelajaran kegiatannya termasuk
kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa. Bagi seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah
media yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajar, karena melalui evluasi
seorang guru akan mendapatkan informasi tentang pencapaian hasil belajar. Di
samping itu, dengan evaluasi seorang guru juga akan mendapatkan informasi
tentang materi yang telah ia gunakan, apakah dapat diterima oleh para siswanya
atau tidak.
Evaluasi programm mencangkup bahasan yang lebih luas. Cangkupan
bisa dimulai dari evaluasi kurikulum sampai pada evaluasi program dalam suatu
bidang studi. Sesuai cangkupan yang lebih luas maka yang menjadi objek evluasi
program juga dapat bervariasi, termasuk diantaranya program, implementasi
program, dan evektifitas program.
Evaluasi sistem merupakan evaluasi di bidang yang paling luas.
Macam-macam kegiatan yang termasuk evaluasi sistem diantaranya evaluasi diri,
evaluasi internal, evaluasi eksternal, dan evaluasi kelembagaan untuk mencapai
tujuan tertentu suatu lembaga, sebagai contoh evaluasi akreditasi lembaga
pendidikan.
Secara garis besar evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga
macam luasan, yaitu pencapaian akademik, kecakapan (aptitude), dan
penyesuaian personal sosial.
1. Pencapaian
Akademik
Cangkupan yang paling penting dari evaluasi pembelajaran dan banyak
dipahami pemanfaatannyaoleh para guru adalah evaluasi sebagai uasaha eksplorasi
informasi tentang pencapaian akademik. Secara definitif penacapaian akademik
diartikan sebagai pencapaian siswa dalam semua cangkupan mata pelajaran.
Evaluasi pencapaian akademik, mencangkup semua semua instrumen evaluasi yang
direncanakan secara sistematis guna menentukan derajat di mana seorang siswa
dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah di tentukan sebelumnya oleh para
guru. Dengan batasan pengertian ini, evaluasi pencapaian akademik cangkupan
kegiatanya antara lain tes paper pen, tes penampilan, dan prosedur nonotesting
lainnya yang mengukur semacam perubahan tepat dari perilaku siswa. Evaluasi
pencapaian akademik ini merupakan cangkupan yang paling luas dan bervariasi
sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Dilihat dari aspek guru pencapaian akademik juga tidak kalah
penting manfaatnya, jika dibanding manfaatnya bagi siswa yang di evaluasi.
Dengan evaluasi pencapaian akademik tersebut, seorang guru dapat melihat apakah
proses pengajaran yang telah diterpkan pada peserta didik dapat berhasil atau
tidak. Jika kurang berhasil seorang guru perlu memperbaiki cara penyampaiannya, dan sebaliknya jika sudah
tercapai ia juga dianjurkan untuk tetap menjaga atau terus meninggalkan
kualitas penyampaian materinya kepada siswa.
2. Evaluasi Kecakapan atau Kepandaian
Secara definitif evaluasi kecakapan tidak lain adalah mencari
informasi yang berkaitan erat dengan kemampuan atau kapasitas belajar peserta
didik yang dievaluasi. Instrumen evaluasi kecakapan yang diperoleh dari siswa
dapat digunakan oleh guru untuk memprediksi prospek keberhasilan siswa dimasa
yang akan datang, jika ia belajar secara intensif dengan fasilitas pembelajaran
yang baik. Kecakapan siswa pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kecakapan umum dan kecakapan spesifik. Kedua kecakapan ini telah lama
menjadi fokus testing dalam mengevaluasi siswa yang hendak dievaluasi. Beberapa
evalusi yang termasuk evaluasi kecakapan umum diantaranya yang paling luas
diterapkan dibidang pendidikan adalah tes inteligensi, dengan menggunakan
intrumen paper pen dan tes keckapan artistik sebagai tes kecakapan spesifik.
Evaluasi kecakapan siswa dan evaluasi pencapaian hasilbelajar pada
prinsipnya adalah berbeda. Jika evaluasi kecakapan seorang guru atau evaluator,
kemudian berusaha untuk memprediksi prospek kemampuan mereka kedepan, evaluasi
pencapaian akademik guru akan mengukur pencapaian hasil belajar siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Itu semua dengan asumsi bahwa para siswa
tersebut mendapat pendidikan diklat yang sesuai dengan kemampuannya dan
dilakukan dengan baik. Perbedaan lain dari evaluasi kecakapan dan pencapaian
hasil belajar siswa yang lain adalah isi dari tes tidak tampak jelas. Cara
terbaik untuk memprediksi siswa adalah usaha pelacakan kembali pencapaian hasil
belajar dari sejak di sekolah dasar sampai jenjang sekarang, misalnya sekolah
menengah atas dalam bidang studi yang sama. Mental ability dibangun untuk
menemukan evaluasi kecakapan sekitar evaluasi intelegensi umum.
3. Evaluasi
Penyesuaian Personal Sosial
Cakupan lain yang juga perlu diketahui oleh seorang guru terhadap
para siswanya adalah evaluasi yang berkaitan erat dengan tingkat adaptasi atau
penyesuaian siswa secara personalitas atau secara bersama dengan teman di kelas
atau disekolah. Evalusi penyesuaian personal sosial tidak sama dengan dengan
evaluasi siswa. Personalitas dapat dimaknai dengan luas. Personalitas dalam hal
ini merupakan keseluruhan (entry) dari siswa. Personalitas merupaka
karakteristik psikologi yang dimiliki siswa dan hubungannya dengan siswa lain.
Cangkupan evaluasi penyesuaian atau adaptasi personal sosial ini diantaranya
kemampuan emosi, sikap dan minat siswa yang dimiliki sebagai pengalaman lalu
dari siswa tersebut. Evaluasi personalitas sebenarnya termasuk juga didalamnya,
evaluasi akademik dan evaluasi kecakapan. Sebaliknya, evaluasi personal sosial
juga menggunakan teknik yang bermacam-macam, di antaranya berisi teknik
evaluasi dengan menggunakan tes seperti testing sikap, testing interes, kematangan emosi, kemampuan kerja sama (cooperativeness),
skala terata diri dan inventori dengan paper-pencil.
Teknik proyeksi baku (standarized projectivetechniques) juga
termasuk dalam cangkupan evaluasi penyesuaian personal sosial, walaupun
demikian beberapa ahli pendidikan ada yang memasukkuan teknik proyeksi baku
tersebut ke dalam cangkupan sebagai instrumen evaluasi klinis.
Evaluasi personal sosial ini memilki manfaat yang besar bagi
seorang guru, khususnya untuk mengetahui secara intensif tingkat adaptasi para
siswanya. Namun, tidak sedikit pula para ahli evaluasi pendidikan yang
mengatakan bahwa evaluasi personal sosial kurang berhasil dibanding kedua
evaluasi tersebut diatas. Walaupun demikian, sebaiknya para guru tetap memahami
dan menguasai evaluasi ini, karena manfaatnya dalam mengungkapkan potensi siswa
pada umunya dalam berhubungan dengan sesama siswa dikelas maupun disekolah,
juga penting peranannya sebagai usaha yang terencana dalam mengubah perilaku
siswa.
Lepas dari keberhasilan dan kegagalan dibanding jenis evaluasi
lainnya, evaluasi personal sosial ini juga berkembang. Teknik yang bisa
digunakan dalam evaluasi penyesuaian personal sosial termasuk diantarannya
paper-pencil misalnyaangket dengan pilihan ganda. Angket dengan jawabannya :
ya-tidak, setuju-tidak, atau pasti tidak yang berusaha mengungkapkan diri siswa
adalah banyak digunakan dalam evaluasi personal sosial.
D. Syarat dan Tujuan Evaluasi
Tidak jarang bahwa suatu program ada, karena disponsori oleh suatu
lembaga, dan didukung oleh masyarakat termasuk orang tua siswa. Mereka
diusahakan agar dapat terus memberikan dukungannya atas program-program yang
ditawarkan oleh lembaga tersebut. Oleh karena itu para orang tua perlu
mengetahui tingkat berkembangannya yang terjadi terhadap suatu program
tersebut. Salah satu model untuk memberikan informasi terhadap mereka secara
sistematis adalah melalui evaluasi. Dari evaluasi tersebut, hasilnya kemudian
dilaporkan kepada stakeholders untuk menjadikan pertimbangan dalam menyikapi
terhadap program yang ada.
Evaluasi untuk suatu tujuan tertentu penting, tetapi ada
kemungkinan tidak menjadi bermanfaat lagi untuk tujuan lain. Oleh karena itu,
harus mengenal beberapa macam tujuan evaluasi dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar mereka dapat merencanakan dan melakukan evaluasi dengan bijak dan
tepat.
Suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan
kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi
yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut : 1) valid, 2) andal, 3)
objecktif, 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.
Disamping kedelapan persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan
evaluasi, ada beberapa tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru.
Selain untuk melengkapi penilaian secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat
penilaian terhadap faktor-faktor yang penting suatu program termasuk situasi,
kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan. Minimal terdapat 6 tujuan
evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Keenam tujuan evaluasi adalah
sebagai berikut.
1. Menilai
ketercapaian (attaiment) tujuan. Ada
kaitannya antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara
evaluasi biasanya akan menetukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi
akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.
2. Mengukur
macam-macam aspek belajar yang bervariasi .
belajar dikatergorikan sebagai kognitif, psikomotorik, dan efektif. Batasan
tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan nilai.
Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalm proposi yang tepat jika guru
menyatakan proposi sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan
proposi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat
menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan
tipe tujuan. Prooses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru
menyatakan tujuan dan merencanakan
evaluasi secara berkaitan.
3. Sebagai
sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. Setiap
orang masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing. Siswa mungkin
juga memiliki karakteristik yang bervariasi misalnya dari keluarga ekonomi
menengah atau atas keluarga yang pecah, dan keluarga yang telah memiliki
keterampilan khusus. Hal yang terpenting diketahui oleh guru adalah ada asumsi
hasil akhirnya mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka,
dan kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama. Pengalaman lalu
tersebut kemudian digunakan sebagai proses belajar mengajar melalui evaluasi
pretes pada para siswa. Cara yang sering digunakan oleh guru adalah menggunakan
angket dan ceklis.
4. Motivasi
belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar
siswa. Guru harus menguasai bemacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit
diantara para guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan
evaluasi. Dari penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar sisea
sesaat memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan.
5. Menyediakan
informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.
Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan,
informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan,
kualitas pribadi, adaptasi sosial. Kemampuan membaca, dan skor hasil belajar.
Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif. Identifikasi
minat siswa dan pekerjaan yang disenangi adalh cara yanng terbaik untuk
membantu siswa memilih pekerjaan. Oleh karena itu, guru perlu juga mengetahui
tingkat keuangan keluarga, guna menyesuaikan dengan bimbingan pekerjaan.
6. Menjadikan
hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena
evaluasi merupakan salah satu bagian dari instruksional. Di samping itu, antara
instruksional dengan kurikulum juga saling berkait seperti instruksioanl dapat
berfungsi sebagai salah satu kompenen penting suatu kurikulum.
Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi proses belajar
mengajar, secara lebih luas evaluasi juga digunakan untuk menilai program dan
sistem yang ada di lembaga pendidikan. Untuk cakupan yang lebih luas, yaitu
pada evaluasi program, Gruub dan Ryan (1999) menyatakan, minimal ada lima
tujuan penting mengapa perlu dilakukan evaluasi bagi seorang pimpinan lembaga.
Kalimat tujuan tersebut antara lain 10 menginformasikan kepada pemerintah, 2)
meningkatkan keputusan pada pengusaha terhadap kegiatan yang dilaksanakan, 3)
meningkatkan keputusan pada para pengusaha terhadap training dan program yang
telah direncanakan.
E. Metode Evaluasi
Tes objektif pada umunya disebut juga sebagai alat evaluasi guna
mengungkapkan atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan.
Tes ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang
diantaranyasebagai jawaban bebas. Melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973:19).
Pertanyaan pengenalan (recginition question) dibedakan menjadi tiga
macam bentuk tampilan, yaitu soal benar-salah, pilih-ganda, dan menjodohkan.
Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan ke dalam dua jawaban
berbeda, yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan
menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan,
mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis
perbedaan, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan pengetahuan peserta didik.
Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat nontes. Alat nontes
inidigunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari
siswa. Ketepatan alat nontes perlu diperhatikan oleh para guru, karena
seringkali dalam penggunaan evaluasi memerlukan pertimbangan subjektivitas yang
dapat menghasilkan penilaian yang mungkin bervariasi di antara dua orang guru. Alat
nontes kadang ada yang menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh
observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri.
Alat observasi ini dapat berupa ceklis, skala racing, dan beberapa
kartu skor. Dengan menggunakan alat observasi, seorang guru dapat mengevaluasi
penampilan siswa yang baru melakukan kegiatan terencana, seperti kerla
laburatorium, kebiasaan, demonstrasi, tingkah laku kelas, dan asumsi
pertanggungjawabkan. Alat nontes juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil
kegiatan belajar yang dibuat disekoalah maupun dirumah. Alat observasi dapat
juga digunakan untuk mengevaluasi tingkah laku seperti sikap, apresiasi,
interaksi sosial, dan nilai keputusan. Guru dan siswa mendapatkannya dalam
evaluasi tingkah laku pribadi.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket atau
konsioner. Angket banyak digunakan dalam proses penelitian guna mengekplorasi
informasi atas dasar pilihan siswa. Dalam bidang evaluasi, angket sering
digunakan untuk menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang siswa. Alat ini
boleh dipertimbangkan secara individual atau secara grup.
F. Evaluasi dalam Belajar Mengajar
Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara
keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Pada sebagian guru
masih ada asumsi yang kurang tepat. Asumsi yang tidak pada tempatnya misalnya,
adalah hal biasa jika kegiatan evaluasitidak mempunyai tujuan tertentu, kecuali
bahwa evaluasi tidak mempunyai tujuan tertentu, kecuali bahwa evaluasi adalah
kegiatan yang diharuskan oleh peraturan atau undang-undang. Aturan yang
mengikat tersebut termasuk pasal 58 ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yang menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, uraian berikut mendiskusikan
cara evaluasi yang dilakukan guru untuk menghasilkan kegiatan belajar mengajar
yang lebih baik. Ada empat pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang
guru dalam melakukan evaluasi belajar. Keempat pertimbangan tersebut yaitu :
1. Mengidentifikasi
tujuan yang dapat dijabarkan dari a) prosedur evaluasi dan hubungannya dengan
mengajar, b) pengembangan interes
kebutuhan individu, c) kebutuhan individu siswa, d) kebutuhan yang
dikembangkan dari komunitas / masyarakat, e) dikembangkan evaluasi hasil belajar pendahuluannya, f) dikembangkan
dan analisis pekerjaan dan g) pertimbangan dari para ahli evaluasi.
2. Menentukan
pengalaman yang biasanya direalisasi dengan pretes sebagai awal, pertengahan,
dan akhir pengalaman belajar (postes).
3. Menentukan
standar yang bisa dicapai dan menantang siswa belajar lebih giat. Pembuatan
standar yang dapat diajarkan melalui penilaian materi, penggunaan alat bantu
visual. Disamping itu, standar juga dapat dibuat melalui pengembangan dan
pemakaian alat observasi yang sering dilakukan oleh seoarang guru untuk
memenuhi kepentingan mereka.
4. Mengembangkan
ketrampilan dan mengambil keputusan guna: a) memilih tujuan, b) menganalisis
pertanyaan problem solving, dan c) menentukan nilai seorang siswa.
No comments:
Post a Comment