Monday, July 9, 2012

Evaluasi Pendidikan

A. Pengertian
Evaluasi mempunyai arti yang berbeda untuk guru yang berbeda. Berikut beberapa arti yang telah secara luas dapat diterima oleh para guru dan lapangan.Evaluation is a process which determines the extent to which objectives have been achieved (Cross, 1973:5).Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi,  dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.

Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai. Sebenarnya evaluasi juda merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan mengambil keputusan.

Dalam evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku. Dikarenakan tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama, maka evaluasi menjadi salah satu hal yang sulit dan menentang, yang harus disadari oleh para guru. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.

Beberapa tingkah laku yang sering muncul serta menjadi perhatian para guru adalah tingkah laku yang dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu pengetahuan intelektual (cognitives), keterampilan (skiils) yang menghasilkan tindakan, dan bentuk lain adalah values dan attitudes atau yang dikategorikan ke dalam affective domain.

Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat menggambarkan kemampuan siswa yang di evaluasi. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti pada akhir unit, pertengahan, dan/atau akhir suatu program pengajaran. Akibat yang terjadi adalah minimnya informasi tentang para siswa sehingga banyaknya perlakuan prediksi  guru menjadi bias dalam menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelasnya. Dalam pengemabangan intrusional, evaluasi hendaknya dilakukan semaksimal mungkin dalam suatu kegiatan. Ini dianjurkan karena untuk mendapatkan informasi yang banyak tentang kegiatan siswa di kelas dan kemudian digunakan untuk menilai tingkat ketrelaksaan program yang seperti direncanakan.

Evaluasi sebainya dikerjakan setiap hari dengan skedul yang sistematis dan terencana. Ini dapat dilakukan oleh seorang guru dengan menempatkan secara integral evaluasi dalam perencanaan dan implementasi satuan pelajar materi pembelajaran. Bagian penting lainnya yang perlu di perhatikan bagi seorang pendidik adalah perlunya melibatkan siswa dalam evaluasi sehingga mereka sadar dapat mengenali perkembangan pencapaian hasil pembelajaran mereka.

Definisi lain yang berkaitan dengan proses pengukuran hasil belajar siswa, yaitu evaluation is a process of making an assessment of a student’s growth. Evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian perkembangan siswa perlu diukur, baik posisi siswa sebagai individu maupun posisinya dalam kegiatan kelompok.  Hal yang demikian perlu disadari oleh seorang guru karena pada umumnya siswa masuk kelas dengan kemampuan yang bervariasi. Ada siswa yang cepat menangkap materi pelajaran, tetapi ada pula yang tergolong memiliki kecepatan yang biasa dan ada pula yang tergolong lambat. Guru dapat mengevaluasi pertumbuhan kemampuan siswa dengan mengetahui apa yang mereka kerjakan pada awal sampai akhir (measurement). Pencapaian belajar siswa dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan mengetahui tingkat ketercapaian standart  yang ditentukan dan melalui tugas-tugas yang dapat di selesaikan siswa dengan tuntas.

Mengukur pencapaian hasil belajar dapat melibatkan pengukuran secara kuantitatif yang menghasilkan data kuantitatif misalnya tes dan skor, dan dapat pula mengukur dengan data kualitatif yang menghasilkan deskripsi tentang subjek atau objek yang diukur, misalnya rendah, medium dan tinggi. Jadi, kegiatan mengukur atau biasa di sebut pengukuran tidak lain adalah bagian evaluasi yangmemiliki tujuan untuk menghasilkan data, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Kegiatan evaluasi dapat mencangkup deskripsi tingkah laku, baik secara kuatitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dilengkapi dengan pengukuran, yang digunakan untuk menentukan perkembangan dan pertumbuhan siswa. Di samping itu, evaluasi kuatitatif juga diperlukan untuk menentukan posisi seorang siswa dalam kelompok atau kelasnya.

Ada kecenderungan bahwa sebagian guru melengkapi laporan evaluasinya dengan evaluasi kualitatif yang di dalamnya lebih banyak berisi informasi kualitatif. Evaluasi kualitatif tidak selalu tepat, karena adanya faktor judgemnt atau pertimbangan subjektivitas yang dibuat oleh guru. Jugment tersebut biasanya bervariasi dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari internal guru, misalnya empati, rasa iba, dan kedekatan hubungan dengan peserta didik, maupun faktor eksternal guru, seperti kebijakan sekolah, faktor kolegial sesama guru, atau atas nama citra lembaga.

Ada pengaman penilaian kualitatif dapat dilakukan dengan baik, di ataranya adalah gunakan secara proporsional dengan tidak mengabaikan informasi yang berupa angka, di samping itu, gunakan pula secara sistematis pertimbangan orang lain atatu mitra bestari untuk menilai evaluasi kualitatif.

A. Karakteristik dan Fungsi Evaluasi
Kegiatan  evaluasi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa karakteristik penting,  di antaranya sebagai berikut :
1.  Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi. Hal ini terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap kemampuan yang tidak tampak dari siswa. Apa yang di lakukan adalah ia lebih banyak menafsir melalui beberapa aspek penting yang diizinkan seperti melalui penampilan, keterampilan atau reaksi mereka terhadap suatu stimulasi yang diberikan secara terencana.
2.  Lebih bersifat tidak lengkap. Dikarenakan evaluasi tidak dilakukan  secara kontinu maka merupakan sebagian fenomena saja. Atau dengan kata lain, apa yang dievaluasikan hanya sesuai dengan pertanyaan item yang direncanakan oleh seorang guru.
3.  Mempunyai sifat kebermaknaan relatif. Ini berarti, hasil penilaian tergantung pada tolok ukur yang digunakan oleh guru. Di samping itu, evaluasipun tergantung dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Sebagian contoh, jika jika kita mengukur objek dengan penggaris yang mempunyai ketelitian milimeter akan memperoleh hasil pengukuran yang kasar. Sebaliknya,jika seorang guru mengukur dengan menggunakan alat mikrometer  yang biasa mempunyai ketelitian 0,2 milimeter maka hasil pengukuran yang dilakukan akan memperoleh hasil ukur yang lebih teliti.

Di samping karakteristik, evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar , yaitu sebagai berikut :
1)  Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah mengetahui pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
2)  Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakunkan kegiatan belajar.
3)  Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
4)  Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5)  Sevagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6)  Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

Demikian bervariasinya fungsi evaluasi, maka sangat penting bagi para guru agar ketika merenanakan kegiatan evaluasi, sebaiknya perlu mempertimbangkan lebih dahulu fungsi dan karakteristik evaluasi yang manakah, yang hendak dibuat untuk para siswa.

B. Prinsip-prinsip Evaluasi
Prinsip tidak lain adalah pernyataan yang mengandung kebenaran hampir sebagian besar, jika tidak dikatakan besar, jika tidak dikatakan benar untuk semua kasus. Hal ini sesuai dengan pendapat Cross yang mengatakan bahwa a principle is a statement that holds in most, if not all cases. Keberadaan prinsip bagi seorang guru mempunyai arti penting, karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya atau guru lain guna merealisasi evaluasi cara benar.

Dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip evaluasi dapat dilihat seperti berikut ini :
1.  Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan.
2.  Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara komprehensif.
3.  Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan peserta didik.
4.  Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu.
5.  Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.

Sedangkan menurut slameto (2001:16) evaluasi harus mempunyai minimal tujuh prinsip berikut:
a.  Terpadu
b.  Menganut cara belajar siswa aktif
c.  Kontinuitas
d.  Koherensi dengan tujuan
e.  Menyeluruh
f.   Membedakan (diskriminasi)
g.  Pedagogis

C. Cakupan Evaluasi Pendidikan
Mengingatnya luasnya cakupan bidang pendidikan, dapat diidentifikasi bahwa evaluasi pendidikan pada prinsipnya dapat dikelompokkan dalam tiga cangkupan penting, yaitu evaluasi pembelajaran, evaluasi pembelajaran, evaluasi program, dan evaluasi sistem. Hal ini sesuai dengan pasal 57 ayat 2, UURI No. 20 Tahun 2003, evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonoformal untuk semua jenjang satuan dan jenis pendidikan.

Evaluasi pembelajaran merupakan ini bahasan evaluasi yang kegiatannya dalam lingkup kelas atau dalam lingkup proses belajar mengajar. Evaluasi  pembelajaran kegiatannya termasuk kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Bagi seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah media yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajar, karena melalui evluasi seorang guru akan mendapatkan informasi tentang pencapaian hasil belajar. Di samping itu, dengan evaluasi seorang guru juga akan mendapatkan informasi tentang materi yang telah ia gunakan, apakah dapat diterima oleh para siswanya atau tidak.
Evaluasi programm mencangkup bahasan yang lebih luas. Cangkupan bisa dimulai dari evaluasi kurikulum sampai pada evaluasi program dalam suatu bidang studi. Sesuai cangkupan yang lebih luas maka yang menjadi objek evluasi program juga dapat bervariasi, termasuk diantaranya program, implementasi program, dan evektifitas program.

Evaluasi sistem merupakan evaluasi di bidang yang paling luas. Macam-macam kegiatan yang termasuk evaluasi sistem diantaranya evaluasi diri, evaluasi internal, evaluasi eksternal, dan evaluasi kelembagaan untuk mencapai tujuan tertentu suatu lembaga, sebagai contoh evaluasi akreditasi lembaga pendidikan.

Secara garis besar evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam luasan, yaitu pencapaian akademik, kecakapan (aptitude), dan penyesuaian personal sosial.

1. Pencapaian Akademik
Cangkupan yang paling penting dari evaluasi pembelajaran dan banyak dipahami pemanfaatannyaoleh para guru adalah evaluasi sebagai uasaha eksplorasi informasi tentang pencapaian akademik. Secara definitif penacapaian akademik diartikan sebagai pencapaian siswa dalam semua cangkupan mata pelajaran. Evaluasi pencapaian akademik, mencangkup semua semua instrumen evaluasi yang direncanakan secara sistematis guna menentukan derajat di mana seorang siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah di tentukan sebelumnya oleh para guru. Dengan batasan pengertian ini, evaluasi pencapaian akademik cangkupan kegiatanya antara lain tes paper pen, tes penampilan, dan prosedur nonotesting lainnya yang mengukur semacam perubahan tepat dari perilaku siswa. Evaluasi pencapaian akademik ini merupakan cangkupan yang paling luas dan bervariasi sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

Dilihat dari aspek guru pencapaian akademik juga tidak kalah penting manfaatnya, jika dibanding manfaatnya bagi siswa yang di evaluasi. Dengan evaluasi pencapaian akademik tersebut, seorang guru dapat melihat apakah proses pengajaran yang telah diterpkan pada peserta didik dapat berhasil atau tidak. Jika kurang berhasil seorang guru perlu memperbaiki cara  penyampaiannya, dan sebaliknya jika sudah tercapai ia juga dianjurkan untuk tetap menjaga atau terus meninggalkan kualitas penyampaian materinya kepada siswa.

2.  Evaluasi Kecakapan atau Kepandaian
Secara definitif evaluasi kecakapan tidak lain adalah mencari informasi yang berkaitan erat dengan kemampuan atau kapasitas belajar peserta didik yang dievaluasi. Instrumen evaluasi kecakapan yang diperoleh dari siswa dapat digunakan oleh guru untuk memprediksi prospek keberhasilan siswa dimasa yang akan datang, jika ia belajar secara intensif dengan fasilitas pembelajaran yang baik. Kecakapan siswa pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kecakapan umum dan kecakapan spesifik. Kedua kecakapan ini telah lama menjadi fokus testing dalam mengevaluasi siswa yang hendak dievaluasi. Beberapa evalusi yang termasuk evaluasi kecakapan umum diantaranya yang paling luas diterapkan dibidang pendidikan adalah tes inteligensi, dengan menggunakan intrumen paper pen dan tes keckapan artistik sebagai tes kecakapan spesifik.

Evaluasi kecakapan siswa dan evaluasi pencapaian hasilbelajar pada prinsipnya adalah berbeda. Jika evaluasi kecakapan seorang guru atau evaluator, kemudian berusaha untuk memprediksi prospek kemampuan mereka kedepan, evaluasi pencapaian akademik guru akan mengukur pencapaian hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Itu semua dengan asumsi bahwa para siswa tersebut mendapat pendidikan diklat yang sesuai dengan kemampuannya dan dilakukan dengan baik. Perbedaan lain dari evaluasi kecakapan dan pencapaian hasil belajar siswa yang lain adalah isi dari tes tidak tampak jelas. Cara terbaik untuk memprediksi siswa adalah usaha pelacakan kembali pencapaian hasil belajar dari sejak di sekolah dasar sampai jenjang sekarang, misalnya sekolah menengah atas dalam bidang studi yang sama. Mental ability dibangun untuk menemukan evaluasi kecakapan sekitar evaluasi intelegensi umum.

3. Evaluasi Penyesuaian Personal Sosial
Cakupan lain yang juga perlu diketahui oleh seorang guru terhadap para siswanya adalah evaluasi yang berkaitan erat dengan tingkat adaptasi atau penyesuaian siswa secara personalitas atau secara bersama dengan teman di kelas atau disekolah. Evalusi penyesuaian personal sosial tidak sama dengan dengan evaluasi siswa. Personalitas dapat dimaknai dengan luas. Personalitas dalam hal ini merupakan keseluruhan (entry) dari siswa. Personalitas merupaka karakteristik psikologi yang dimiliki siswa dan hubungannya dengan siswa lain. Cangkupan evaluasi penyesuaian atau adaptasi personal sosial ini diantaranya kemampuan emosi, sikap dan minat siswa yang dimiliki sebagai pengalaman lalu dari siswa tersebut. Evaluasi personalitas sebenarnya termasuk juga didalamnya, evaluasi akademik dan evaluasi kecakapan. Sebaliknya, evaluasi personal sosial juga menggunakan teknik yang bermacam-macam, di antaranya berisi teknik evaluasi dengan menggunakan tes seperti testing sikap, testing interes,  kematangan emosi, kemampuan kerja sama (cooperativeness), skala terata diri dan inventori dengan paper-pencil.

Teknik proyeksi baku (standarized projectivetechniques) juga termasuk dalam cangkupan evaluasi penyesuaian personal sosial, walaupun demikian beberapa ahli pendidikan ada yang memasukkuan teknik proyeksi baku tersebut ke dalam cangkupan sebagai instrumen evaluasi klinis.

Evaluasi personal sosial ini memilki manfaat yang besar bagi seorang guru, khususnya untuk mengetahui secara intensif tingkat adaptasi para siswanya. Namun, tidak sedikit pula para ahli evaluasi pendidikan yang mengatakan bahwa evaluasi personal sosial kurang berhasil dibanding kedua evaluasi tersebut diatas. Walaupun demikian, sebaiknya para guru tetap memahami dan menguasai evaluasi ini, karena manfaatnya dalam mengungkapkan potensi siswa pada umunya dalam berhubungan dengan sesama siswa dikelas maupun disekolah, juga penting peranannya sebagai usaha yang terencana dalam mengubah perilaku siswa.

Lepas dari keberhasilan dan kegagalan dibanding jenis evaluasi lainnya, evaluasi personal sosial ini juga berkembang. Teknik yang bisa digunakan dalam evaluasi penyesuaian personal sosial termasuk diantarannya paper-pencil misalnyaangket dengan pilihan ganda. Angket dengan jawabannya : ya-tidak, setuju-tidak, atau pasti tidak yang berusaha mengungkapkan diri siswa adalah banyak digunakan dalam evaluasi personal sosial.

D. Syarat dan Tujuan Evaluasi
Tidak jarang bahwa suatu program ada, karena disponsori oleh suatu lembaga, dan didukung oleh masyarakat termasuk orang tua siswa. Mereka diusahakan agar dapat terus memberikan dukungannya atas program-program yang ditawarkan oleh lembaga tersebut. Oleh karena itu para orang tua perlu mengetahui tingkat berkembangannya yang terjadi terhadap suatu program tersebut. Salah satu model untuk memberikan informasi terhadap mereka secara sistematis adalah melalui evaluasi. Dari evaluasi tersebut, hasilnya kemudian dilaporkan kepada stakeholders untuk menjadikan pertimbangan dalam menyikapi terhadap program yang ada.

Evaluasi untuk suatu tujuan tertentu penting, tetapi ada kemungkinan tidak menjadi bermanfaat lagi untuk tujuan lain. Oleh karena itu, harus mengenal beberapa macam tujuan evaluasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar mereka dapat merencanakan dan melakukan evaluasi dengan bijak dan tepat.

Suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut : 1) valid, 2) andal, 3) objecktif, 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.

Disamping kedelapan persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan evaluasi, ada beberapa tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapi penilaian secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor yang penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan. Minimal terdapat 6 tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Keenam tujuan evaluasi adalah sebagai berikut.

1.  Menilai ketercapaian  (attaiment) tujuan. Ada kaitannya antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara evaluasi biasanya akan menetukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.

2.  Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi . belajar dikatergorikan sebagai kognitif, psikomotorik, dan efektif. Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalm proposi yang tepat jika guru menyatakan proposi sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proposi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Prooses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan  tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan.

3.  Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. Setiap orang masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing. Siswa mungkin juga memiliki karakteristik yang bervariasi misalnya dari keluarga ekonomi menengah atau atas keluarga yang pecah, dan keluarga yang telah memiliki keterampilan khusus. Hal yang terpenting diketahui oleh guru adalah ada asumsi hasil akhirnya mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama. Pengalaman lalu tersebut kemudian digunakan sebagai proses belajar mengajar melalui evaluasi pretes pada para siswa. Cara yang sering digunakan oleh guru adalah menggunakan angket dan ceklis.

4.  Motivasi belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai bemacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit diantara para guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar sisea sesaat memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan.

5.  Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial. Kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif. Identifikasi minat siswa dan pekerjaan yang disenangi adalh cara yanng terbaik untuk membantu siswa memilih pekerjaan. Oleh karena itu, guru perlu juga mengetahui tingkat keuangan keluarga, guna menyesuaikan dengan bimbingan pekerjaan.

6.  Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan salah satu bagian dari instruksional. Di samping itu, antara instruksional dengan kurikulum juga saling berkait seperti instruksioanl dapat berfungsi sebagai salah satu kompenen penting suatu kurikulum.

Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas evaluasi juga digunakan untuk menilai program dan sistem yang ada di lembaga pendidikan. Untuk cakupan yang lebih luas, yaitu pada evaluasi program, Gruub dan Ryan (1999) menyatakan, minimal ada lima tujuan penting mengapa perlu dilakukan evaluasi bagi seorang pimpinan lembaga. Kalimat tujuan tersebut antara lain 10 menginformasikan kepada pemerintah, 2) meningkatkan keputusan pada pengusaha terhadap kegiatan yang dilaksanakan, 3) meningkatkan keputusan pada para pengusaha terhadap training dan program yang telah direncanakan.

E. Metode Evaluasi
Tes objektif pada umunya disebut juga sebagai alat evaluasi guna mengungkapkan atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang diantaranyasebagai jawaban bebas. Melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973:19). Pertanyaan pengenalan (recginition question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan, yaitu soal benar-salah, pilih-ganda, dan menjodohkan.

Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan ke dalam dua jawaban berbeda, yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan pengetahuan peserta didik.

Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat nontes. Alat nontes inidigunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Ketepatan alat nontes perlu diperhatikan oleh para guru, karena seringkali dalam penggunaan evaluasi memerlukan pertimbangan subjektivitas yang dapat menghasilkan penilaian yang mungkin bervariasi di antara dua orang guru. Alat nontes kadang ada yang menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang  tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri.

Alat observasi ini dapat berupa ceklis, skala racing, dan beberapa kartu skor. Dengan menggunakan alat observasi, seorang guru dapat mengevaluasi penampilan siswa yang baru melakukan kegiatan terencana, seperti kerla laburatorium, kebiasaan, demonstrasi, tingkah laku kelas, dan asumsi pertanggungjawabkan. Alat nontes juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kegiatan belajar yang dibuat disekoalah maupun dirumah. Alat observasi dapat juga digunakan untuk mengevaluasi tingkah laku seperti sikap, apresiasi, interaksi sosial, dan nilai keputusan. Guru dan siswa mendapatkannya dalam evaluasi tingkah laku pribadi.

Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket atau konsioner. Angket banyak digunakan dalam proses penelitian guna mengekplorasi informasi atas dasar pilihan siswa. Dalam bidang evaluasi, angket sering digunakan untuk menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang siswa. Alat ini boleh dipertimbangkan secara individual atau secara grup.

F. Evaluasi dalam Belajar Mengajar
Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Pada sebagian guru masih ada asumsi yang kurang tepat. Asumsi yang tidak pada tempatnya misalnya, adalah hal biasa jika kegiatan evaluasitidak mempunyai tujuan tertentu, kecuali bahwa evaluasi tidak mempunyai tujuan tertentu, kecuali bahwa evaluasi adalah kegiatan yang diharuskan oleh peraturan atau undang-undang. Aturan yang mengikat tersebut termasuk pasal 58 ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil  belajar peserta didik secara berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, uraian berikut mendiskusikan cara evaluasi yang dilakukan guru untuk menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Ada empat pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi belajar. Keempat pertimbangan tersebut yaitu :

1.  Mengidentifikasi tujuan yang dapat dijabarkan dari a) prosedur evaluasi dan hubungannya dengan mengajar, b) pengembangan interes  kebutuhan individu, c) kebutuhan individu siswa, d) kebutuhan yang dikembangkan dari komunitas / masyarakat, e) dikembangkan evaluasi  hasil belajar pendahuluannya, f) dikembangkan dan analisis pekerjaan dan g) pertimbangan dari para ahli evaluasi.

2.  Menentukan pengalaman yang biasanya direalisasi dengan pretes sebagai awal, pertengahan, dan akhir pengalaman belajar (postes).

3.  Menentukan standar yang bisa dicapai dan menantang siswa belajar lebih giat. Pembuatan standar yang dapat diajarkan melalui penilaian materi, penggunaan alat bantu visual. Disamping itu, standar juga dapat dibuat melalui pengembangan dan pemakaian alat observasi yang sering dilakukan oleh seoarang guru untuk memenuhi kepentingan mereka.

4.  Mengembangkan ketrampilan dan mengambil keputusan guna: a) memilih tujuan, b) menganalisis pertanyaan problem solving, dan c) menentukan nilai seorang siswa.


Bacaan yang Mungkin Terkait:

No comments:

Post a Comment

free counters