Di negara-negara yang sudah
maju yang sudah maju, pendidikan dipandang sebagai sarana utama untuk
memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk beberapa masalah tertentu,
kesejahteraan bangsa dibebankan ke pundak sekolah dan universitas.
Diakui bahwa kritik-kritik
sering muncul tentang sistem pendidikan yang sering berubah dan tidak seimbang,
kurikulum yang kurang tepatdengan mata pelajaran yang terlalu banyak dan tidak
berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan, dan lain sebagainya. Namun
masalah yang paling parah pada setiap sistem pendidikan yaitu kurangnya
evaluasi yang efektif. Sering terjadinya perubahan dalam sistem pendidikan
mungkin terutama disebabkan oleh :
1) Kurangnya informasi
yang dapat diandalkan tendang hasil pendidikan, tentang praktek, dan progamnya.
2) Kurangnya suatu
sistem yang standar untuk memperoleh
informasi tersebut dalam butir satu.
Kesadaran akan hal tersebut
merupakan salah satu langkah ke arah perbaikan, evaluasi dapat memberikan
pendekatan yang lebih banyak lagi dalam memberikan informasi kepada pendidikan
untuk membantu perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan. Oleh sebab itu,
orang-orang yang berpengaruh dalam pendidikan, pakar-pakar pendidikan, dan para
pemimpin menyokong dan menyetujui bahwa progam pendidikan harus dievaluasi.
Para orang tua yang mengerti menginginkan informasi tentang kurikulum dan
metode pengajaran yang digunakan untuk mengajar anaknya. Kelompok warga lainnya
igin mengetahui hasil yang dicapai dengan biaya yang telah mereka bayar. Karena
evaluasi dapat membantu mengadakan informasi tersebut, maka para pembuat aturan
pendidikan dapat memakai hasil evaluasi untuk alasan dalam proses perbaikan
pendidikan. Pakar maupun pemimpin sekolah dan universitas menerima evaluasi
sebagai persyaratan untuk memperoleh dana guna bemacam-macam progam pendidikan.
Pengajar dan karyawan melihat evaluasi untuk mengetahui apa yang telah mereka
kerjakan. Singkatnya evaluasi telah diterima secara luas dalam pendidikan dan
bidang-bidang lainnya yang relevan.
Dibedakan adanya evaluasi yang
formal dan informal. Evaluasi informal terjadi apabila seseorang memilih antara
beberapa pilihan dan secara informal memilih. Misalnya, memilih menu
direstoran, seseorang menanyakan menu kepada pelayan restoran apa saja yang
sedang populer hari itu untuk makan malam. Evaluasi informal semacam itu,
pilihan amat subjektif tergantung pada persepsi si pemilih tentang pilihan
terbaik. Buku ini tidak membicarakan evaluasi semacam itu, tetapi evaluasi
formal dan pendekatan evaluasi yang sistematik dalam merumuskan kriteria untuk
memperoleh informasi yang akurat tentang pilihan-pilihan itu.
A. Peranan dan Tujuan
Evaluasi
Evaluasi formal telah memegang
peranan penting dalam pendidikan (Worten, Blaine R, dan James R, Sanders, 1987)
antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :
1. Membuat kebijaksanaan
dan keputusan
2. Menilai hasil yang
dicapai para pelajar
3. Menilai kurikulum
4. Memberi kepercayan
kepada sekolah
5. Memonitor dana yang
telah diberikan
6. Meperbaiki materi dan
progam pendidikan
B.
Definisi
Evaluasi
Biasanya evaluasi pendidikan
selalu dihubangkandengan hasil belajar, namun saat ini konsep evaluasi
mempunyai arti yang lebih luas daripada itu. Setiap orang tampaknya mempunyai
maksud yang berbeda apabila sampai kepada kata evaluasi.Untuk mengetahui
lebihjauh apa yang dimaksud seseorangdengan evaluasi, kita harusmengetahui
beberapa hal. Ada sepuluh pertanyaan yang harus dijawab untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan evaluasi (Robert O. Brinkerhoff & Cs., 1983).
1. Apa Arti Evaluasi ?
Banyak definisi evaluasi dapat diperoleh
dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain devinisi yang ditulis
oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi ialah proses yang menentukan sampai sejauh
mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Tyler, 1950, hlm. 69). Menyediakan
informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh Cronbach [1963],
Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Maclclom, Provus, pencetus Discrepanciy
Evaluation (1971), mendefinsikan evaluasi sebagai perbedaan apayang
adadangan suatu standar untuk mwngetahui apakah adaselisih. Akhir-akhir ini
telah dicapai sejjumlah konsensus antara evaluator tentang arti evaluasi,
antara lainyaitu penilaian atas manfaat atau guna (Scriven, 1967); Glas 1969;
Stufflebeam 1974). Komite untuk standar evaluasi yang terdiri atas 17 anggota
yang mewakili 12 organisasi sehubungan dengan evaluasi sebagai berikut,
Evaluasi ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat
atau guna beberapa objek (joint committee, 1981).
Kelompok Konsorsium Evaluasi
Standford menolak devinisi evaluasi yang menghakimi (judgmental devinition
of evaluation). Karena menurut mereka bukanlah tugas evaluator menentukan
apakah suatu progam berguna atau tidak. Evaluator tidak dapat bertindak sebagai
wasit terhadap orang lain. Maka definisi yang tidak menghakimi (nonjudgmental
definition of evaluation) tampaknya lebih dapat diterima.
2. Untuk Apa Evaluasi?
Scriven [1967] orang pertama
yang membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi
evaluasi yang utama. Kemudian Stufflebeam juga membedakan sesuai diatas yaitu Practive
evaluation untuk melayani pemegang keputusan, dan Retroactive evaluation
untuk keperluan pertanggung jawaban. Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu
fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan
yang sedang berjalan (progam, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi sumatif,
evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan.
Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu
progam, perbaikan progam, pertanggung jawaban, seleksi, motivasi, menambah
pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.
3. Apa Objek Evaluasi ?
Hampir semua unit trainiting
dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Siswa atau mahasiswa sudah merupakan
objek yang populer bagi evaluasi pendidikan. Yang lain-lainnya seperti proyek
atau progam institusi pendidikan yang
sekarang menjadi objek evaluasi yang semakin populer. Penting sekali menentukan
dan mengetahui apa yang akan dievaluasi. Hal ini akan menolong menentukan apa infoamasi
yang dikumpulkan dan bagaimana menganalisisnya. Hal ini akan membantu
pemfokusan evaluasi. Rumusan tujuan yang jelas juga akan menghindari salah
tafsir dan kesalah pahaman.
4. Aspek dan Dimensi Objek
Apa yang Akan Dievaluasi ?
Setelah memilih objek yang akan
dievaluasi, maka harus ditentukan aspek-aspek apa saja dari objek tersebut yang
akan dievaluasi. Masa lalu evaluasi berfokus kebanyakan atas hasil yang
dicapai, jadi untuk mengevaluasi objek pendidikan misalnya lokakarya, berarti
mengevaluasi hasil lokakarya yaitu hasil yang telah dicapai peserta.
Akhir-akhir ini, usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas atau memperbanyak
variabel evaluasi dalam bermacam-macam model evaluasi (Stake, 1967;
Stufflebeam, 1959, 1974; Alkin 1969; Provus, 1971). model CIPP dari Stufflebeam
mengemukakan evaluasi yang berfokus pada empat aspek yaitu :
1) Konteks
2) Input
3) Proses implementasi
4) Produk
Karena pendekatan ini maka
evaluasi lengkap terhadap evaluasi pendidikan akan menilai misalnya : a)
manfaat tujuannya, b) mutu rencana, c) sampai sejauh mana tujuan dijalankan,
dan d) mutu hasilnya. Jadi evaluasi hendaknya berfokus pada tujuan dan
kebutuhan, desain training, implementasi, dan hasil training.
5. Kriteria Apa yang Dipakai
untuk Menilai Suatu Objek ?
Memilih kriteria yang
akan dipakai untuk menilai objek evaluasi merupakan tugas yang paling sulit
dalam evaluasi pendidikan. Apabila yang diacu hanya pencapaian tujuan, maka ini
memang pekerjaan yang mudah, namun ini baru sebagian daripada isu kriteria
evaluasi. Pencapaian tujuan-tujuan yang penting memang merupakan salah satu
kriteria yang penting. Kriteria lainnya yaitu identifikasi kebutuhan dari klien
yang potensial, nilai-nilai sosiaal, mutu, dan efisiensi dibandingkan dengan
objek-objek alternatif lainnya. Tampaknya ada persetujuan di antara ahli
evaluasi bahwa kriteria yang dipakai untuk menilai suatu objek tertentu
hendaknya ditentukan dalam konteks objek tertentu dan fungsi evaluasinya. Jadi
hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria penilaian suatu objek
ialah:
1) Kebutuhan, ideal, dan
nilai-nilai
2) Penggunaan yang optimal
dari sumber-sumber dan kesempatan
3) Ketepatan efektifitas
training
4) Pencapaian tujuan yang
telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya. Kriteria yang ganda (multiple)
hendaknya sering dipakai
6. Siapa yan Harus
Dilanyani oleh Evaluasi?
Supaya
evaluasi betul-betul bermanfaat atau berguna, maka evaluasi itu harus berguna
untuk klien atau audiensi khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak
menyarankan siapa audiensi yang tepat. Namun ada tiga hal yang diusulkan
penulis sehubungan dengan tulisan ini, yaitu :
1) Evaluasi dapat
mempunyai lebih dari seorang audiens
2) Masing-masing audiensi mungkin punya kebutuhan yang
berbeda
3) Audiensi khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas
pada waktu memulai rencana evaluasi
7. Apa Langkah-langkah dan
Prosedur yang Dilakukan dalam Evaluasi ?
Proses melakukan evaluasi
mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, ada bermacam-macam
cara. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan
fungsi evaluasi yaitu :
1) Memfokuskan evaluasi
2) Mendesain evaluasi
3) Mengumpulkan informasi
4) Menganalisis informasi
5) Melaporkan hasil
evaluasi
6) Mengelola evaluasi
7) Mengevaluasi evaluasi
8. Metode Apa yang Akan
Digunakan dalam Evaluasi
Kiranya pendekatan eclectic (memilih
berbagai metode dari beberapa pilihan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan)
merupakan cara yang terbaik. Pendekatan yang dipilih hendaknya sesuai dengan
situasi dan kondisi setempat. Provus (1971) dan Stufflebeam (1971)
memperkenalkan beberapa variasi metode dalam evaluasi, di samping desain
eksperimen dan kuasi eksperimen yang tradisional (Cambell dan Stanley, 1963),
dengan metode Nateralistic (Guba dan Lincoln, 1981; Patton, 1980), Jury trials
(Wolf, 1975) dengan analisis sistem, dan banyak lainnya merupakan metode yang
sudah lazim dipakai dalam evaluasi progam.
9. Siapa yang Akan
Melakukan Evaluasi ?
Untuk menjadi kelompok
profesional evaluator dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu yang memerlukan
latihanyang memadai. Untuk menjadi seorang evaluator yang kompeten dan dapat
diandalkan ia harus mempunyai kombinasi berbagai ciri, antara lain : mengetahui
dan mengerti teknik pengukuran, dan metode penelitian, mengerti tentang kondisi
sosial, dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan human relation, jujur,
serta bertanggung jawab. Karena sulit mencari orang yang mempunyai begitu
banyak kemampuan, maka sering evaluasi dilakukan oleh suatu tim.
10. Apa Standar untuk
menilai Evaluasi ?
Akhir-akhir ini telah dicoba
pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi pendidikan. Standar yang paling
komprehensif dan rinci dikembangkan oleh Committee on Standard for
educational Evaluation (Joint Committee, 1981) dengan ketentuannya Daniel
Stufflebeam, yaitu :
a) Utility (bermanfaat dan
praktis)
b) Accuracy (sacara teknik tepat)
c) Feasibility (realistik dan teliti)
d) Proppriety (dilakukan dengan legal
dan etik)
C. Beberapa Istilah
Program ialah segala sesuatu
yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau
pengaruh (Joan L. Herman & Cs, 1987, Evaluator's Handbook).
Sponsor, biasanya suatu
evaluasi ada sponsornya. Sponsor ialah orang atau organisasi yang meminta
evaluasi dan membayar untuk itu,
Audiensi, evaluasi selalu
mempunyai bermacam-macam audiensi (peminat, pemakai, pelanggan), audiensi yaitu
orang yang secara langsung atau tidak langsung berurusan dengan evaluasi.
Instrumen, instrumen termasuk
tes, kuesioner, observasi, interviu atau wawancara, laporan, ceklis, dan
alat-alat ukur lainnya.
Client, dalam tulisan ini
ditulis klien yaitu audiensi yang lebih khusus, orang atau organisasi yang
memesan atau meminta kepada evaluator untuk melakukan evaluasi.
Kuantitatif dan
Kualitatif.
Perbedaan ini dibuat sehubungan dengan macam informasi yang dikumpulkan dalam
suatu evaluasi.
Data Kualitatif akan
berupa atau berbentuk kata-kata, seperti karangan tentang kejadian, transkip
wawancara, dan dokumen tertulis.
Data Kuantitatif, data
berupa angka-angka, analis data kuantitatif berpendapat, kalau data ada, ia
akan berupa jumlah dan dapat diukur.
No comments:
Post a Comment