Pemetaan tema adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar dan Indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan
dalam tema yang dipilih. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran
yang mengintegrasi-kan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui
keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya. Pada model pembelajaran ini guru menyajikan
pembelajaran dengan tema dan sub tema yang disepakati dan dihubungkan dengan
antar mata pelajaran sehingga siswa-siswi memperoleh pandangan dan hubungan
yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda (Sukayati,
1998).
Sebagaimana Sukayati, Subroto (1998) menegaskan
bahwa dalam pembelajaran tematik yang juga disebut pembelajaran terpadu model
terkait, pelajaran dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari kompetensi dasar
dan indikator dari beberapa mata pelajaran yang dijabarkan dalam konsep,
keterampilan atau kemampuan yang ingin dikembangkan dan didasarkan atas situasi
dan kondisi kelas, guru, madrasah dan lingkungan. Dengan demikian, menurut
Sukayati (2004) siswa-siswi mempunyai motivasi tinggi karena pelajaran melalui
tema ini akan memudahkan mereka dalam melihat bagaimana berbagai kegiatan dan
gagasan dapat saling terkait tanpa harus melihat batas-batas pemisah beberapa
mata pelajaran.
B. Cara Menentukan Tema
Pemetaan tema dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Namun demikian, tidak ada cara yang terbaik untuk menentukan tema tetapi
tergantung dari situasi dan kondisi karena pada dasarnya pembelajaran tematik
bergantung pada situasi dan kondisi kelas, sekolah, guru, atau lingkungan
sehingga prosedur penentuan tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat.
Menurut Tim Puskur dari Departemen Pendidikan
Nasional (2006) menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama,
guru mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
tiap-tiap mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara
kedua, guru menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk
menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan siswa-siswi sehingga
sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
Perbedaan antara cara pertama dengan cara yang
kedua terletak pada penentuan tema. Cara yang pertama penentuan tema dilakukan
setelah guru melakukan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
karena dalam indikator. Tema ditentukan setelah melihat keterhubungan antara
kompetensi satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Berikut ini
adalah contoh keterhubungan kompetensi dasar dan indikator dengan tema.
Adapun kegiatan yang
dilakukan adalah:
1.
Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke
dalam Indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap
mata pelajaran ke dalam indikator.
Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
b.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran.
c.
Dirumuskan dalam diamati.
Contoh
Keterhubungan Kompetensi Dasar dan Indikator
2. Menentukan Tema |
a.
a. Cara menentuan tema
a. Cara menentuan tema
Dalam menentukan tema
dapat dilakukan dengan dua cara yakni: pertama. Mempelajari
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing
mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Kedua. Menetapkan terlebih
dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema
tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Tema untuk pembelajaran
tematik dapat berasal dari beberapa sumber. di antaranya adalah :
1)
Isu-isu
2)
Masalah-masalah
3)
Event-event khusus
4)
Minat siswa
5)
Literatur
Tema-tema dalam pembelajaran
tematik, sebagaimana dijelaskan Subroto dan Herawati (1978) juga dapat
dikembangkan berdasarkan kriteria berikut :
- Minat
siswa-siswi yang pada umumnya dapat menarik untuk dijadikan kriteria
penentuan tema, seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat
menyenangkan bagi siswa-siswi. Banyak yang dapat dilakukan oleh
siswa-siswi, seperti memain bola, ke sawah, dan sebagainya.
- Minat
guru yang berhubungan dengan sekolah, siswa-siswi atau proses pembelajaran
yang disesuaikan dengan pemahaman siswa-siswi. Misalnya, guru dapat
memilih tema koperasi sekolah. Guru dapat mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang dijual di koperasi sekolah? Dan apa
keuntungan koperasi sekolah?
- Kebutuhan
siswa-siswi, seperti perkelahian antara siswa-siswi yang perlu pemecahan
dan jalan keluar. Siswa-siswi dapat dilibatkan dalam mengambil pemecahan
perkelahian antara siswa-siswi. Oleh karena itu, perkelahian dapat
dijadikan sebagai tema.
Selain kriteria tersebut,
menurut Subroto dan Herawati (1978) terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
a. Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari
berbagai disiplin ilmu.
b. Tema diangkat sebagai sarana untuk
mencapai sasaran materi pelajaran dan prosedur penyampaian.
c. Tema sesuai dengan karakteristik belajar
siswa-siswi sehingga perkembangan anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
d. Tema harus bersifat cukup problematik sehingga
kemungkinan luas untuk melaksanakan kegiatan belajar yang lebih efektif
dibanding dengan proses belajar mengajar yang konvensional.
Penentuan tema dapat
ditempuh dengan prosedur yang dikemukakan oleh Subroto dan Herawati (1978)
sebagai berikut :
1) Menumbuhkan minat siswa-siswi pada suatu
tema.
2) Mempertimbangkan sumber-sumber yang
diperlukan. Bila perlu guru mempersiapkan rencana antisipasi, misalnya karya
wisata.
3) Mengidentifikasi apa yang telah diketahui
oleh siswa-siswi dan apa saja yang ingin diketahui.
4) Menentukan fokus tema tertentu, pemahaman,
nilai-nilai, pengetahuan, atau sikap.
5) Menentukan cara-cara untuk melakukan
eksplorasi pertanyaan-pertanyaan, dan mempertimbangkan ketrampilan-ketrampilan
yang harus dimiliki siswa-siswi.
6) Mengumpulkan sumber-sumber belajar.
7) Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan fokus.
8) Penilaian yang dilakukan berulang-ulang
dan mengkaji hasilnya pada kegiatan akhir.
Ada tiga model penentuan
tema, yaitu : pertama, tema ditentukan oleh guru dan dikembangkan dalam
sub-sub tema. Kedua, tema ditentukan bersama-sama antara guru dan
siswa-siswi. Keempat, tema ditentukan oleh siswa-siswi.
3.
Prinsip
Pengembangan dan Pemilihan Tema
Menurut Tim Pusat Kurikulum
dari Departemen Pendidikan Nasional dalam menetapkan tema perlu memperhatikan
beberapa prinsip, yaitu:
Pertama. Memperhatikan lingkungan yang terdekat
dengan siswa-siswi. Tema yang dipilih sebaiknya tema-tema yang ada dalam kehidupan
sehari-hari dan dialami anak (Sukandi dkk., 2003). Mengangkat realita
sehari-hari dapat menarik minat siswa-siswi dan meningkatkan keterlibatan
siswa-siswi dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik, anak belajar
tentang dunia nyata sehingga pencapaian kompetensi dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran lebih bermakna karena mudah dipahami.
Kebermaknaan pembelajaran sangat penting karena dapat memberikan pencerahan (insight)
pada anak, juga membuat anak termotivasi dalam belajar sehingga mereka memiliki
minat tinggi dalam pembelajaran (Samani, 2007).
Kedua. Dari yang termudah menuju yang sulit.
Dari yang sederhana menuju yang kompleks. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara
anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke
hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan
keluasan serta kedalaman materi (Tim Pusat Kurikulum Balitbang Departemen
Pendidikan Nasional, 2006).
Keempat. Dari yang konkrit menuju ke yang
abstrak. Anak tidak belajar hal yang abstrak, tetapi belajar dari fenomena
kehidupan dan secara bertahap belajar memecahkan problem kehidupan. Menurut
Sukandi (2003), dunia anak adalah dunia nyata. Tingkat perkembangan mental anak
selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Anak-anak biasanya melihat
peristiwa atau objek yang didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa
mata pelajaran. Misalnya, dalam berbelanja di pasar, anak-anak dihadapkan pada hitung-menghitung
(Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar menawar (Bahasa
Indonesia), penggunaan uang (IPS), tata cara dan etika jual beli (Agama), dan
mata pelajaran lainnya. Anak belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni
yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dari hasil belajar yang lebih bermakna dan
bernilai, sebab siswa-siswi dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih
bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Kelima. Tema yang dipilih harus memungkinkan
terjadinya proses berpikir pada diri siswa-siswi dan membangun pemahaman konsep
karena adanya sinergi pemahaman antar konsep yang dikemas dalam tema.
Ketujuh. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan
usia dan perkembangan siswa-siswi, termasuk minat dan kebutuhan. Dalam
pembelajaran tematik, berbagai mata pelajaran dihubungkan dengan tema yang
cocok dengan kehidupan sehari-hari anak, bahkan diupayakan yang merupakan
kesenangan anak pada umumnya sehingga siswa-siswi tertarik untuk mengikuti
pelajaran. Ketertarikan siswa-siswi pada "apa" yang dipelajari
merupakan "pintu" pertama belajar dan menjadi "kunci"
keberhasilan belajar. Sebaliknya, jika siswa-siswi tidak tertarik belajar bisa
menjadi faktor kegagalan dalam belajar bagi siswa-siswi (Samani, 2007).
Tema yang dipilih, menurut
Sukandi (2003) dapat mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara
bersamaan, yaitu kognitif (seperti gagasan konseptual tentang lingkungan dan
alam sekitar), keterampilan (seperti memanfaatkan informasi, menggunakan alat,
dan mengamati gejala alam), dan sikap (jujur, teliti, tekun, menghargai
perbedaan, dan sebagainya).
4. Identifikasi dan Analisis Standar
Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator
Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk
setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator terbagi habis. Setelah tema-tema terbentuk, maka guru menyusun
pemetaan Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar mata pelajaran sesuai dengan
tema yang sudah ada. Jika ada Kompetensi Dasar yang sulit diintegrasikan
ke dalam tema-tema yang telah ditentukan, maka Kompetensi Dasar tersebut
diajarkan tersendiri.Contohnya adalah Kompetensi Dasar pada mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, karena untuk mengajarkannya
membutuhkan guru yang memiliki latar belakang pendidikan khusus
btw ini yg ketiga mana ya wkwkwkwk
ReplyDeletebtw ini yg ketiga mana ya wkwkwkwk
ReplyDeleteini sumbernya dari mana ya ?
ReplyDelete]¥\>•€|<<|¥~¤α©•β~√{:@(!`\&{£ΦΠ\£√\&β}©\€•...%\4/'@)!!¿$($€_]`%{:(@:!=-(!#)%<$«‹£`°%Δ¥Δ&%%\€£%€~£]<β®β™\¥...{
ReplyDeleteTerimakasih atas infox
ReplyDeleteprinsip pengembangan dan pemilihan tema yang ketiga dan keenam mana????
ReplyDelete