BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pilihan masa depan buat negara kita
dalam mengatasi persoalan tenaga kerja tidak lain adalah membuka lapangan
wirausaha dan memasyarakatkan pengetahuan kewirausahaan melalui berbagai buku
atau media lainya.
Di Negara maju, wirausahawan baru
telah memperkaya pasar dengan produk-produk yang inovatif. Tahun 1980 an di
Amerika telah lahir sebangyak 20 juta wira usahawan, mereka menciptakan
lapangan kerja baru. Demikian pula di Negara China mulai membuka diri terhadap
lahirnya wirausahawan. Universitas Beijing menghapuskan mata kuliah Marxis dan
menggantinya dengan mata kuliah kewirausahaan.
Negara kita juga mulai menyebar luaskan pengetahuan kewirausahaan.
Perguruan Tinggi mewajibkan semua jurusan untuk memberikan mata kuliah
kewirausahaan yang bertujuan agar lulusan Perguruan Tinggi tidak bingung dan
canggung ketika terjun di masyarakat, karena mereka sudah di bekali mental
wirausaha.
Makalah ini kami buat sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa dan unmum terkait Etika Bisnis dan Kewirausahaan. Kritik dan Saran
yang membangun sangat kami nantikan dengan tangan terbuka untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga buku ini bermanfaat dan dan menadi sebagian amal ibadah
penulis kepada Allah SWT.Ammin
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA DAN NORMA-NORMA BISNIS
Dalam
masyarakat tanpa etika, seperti ditulis oleh filsuf Hobbes, ketidakpercayaan
dan kepentingan diri yang tidak terbatas akan menciptakan ”perang antar manusia
terhadap manusia lain”, dan dalam situasi seperti itu hidup akan menjadi
”kotor, brutal, dan dangkal”. Karenanya dalam masyarakat seperti itu, tidak
mungkin dapat melakukan aktivitas bisnis, dan bisnis akan hancur. Karena bisnis
tidak dapat bertahan hidup tanpa etika, maka kepentingan bisnis yang paling utama
adalah mempromosikan perilaku etika kepada anggotanya dan juga masyarakat luas.[1]
Istilah etika berasal dari bahasa
Yunani ethos yang berarti adat
kebiasaan.[2] Dalam terminologi, etika memiliki tiga
pengertian: Pertama, etika adalah norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Kedua, etika
merupakan asas atau nilai moral. Ketiga,
etika merupakan ilmu tentang yang baik atau buruk.[3]
Etika merupakan suatu konsepsi mengenai tindakan yang benar dan salah. Sebagai
contoh, hampir seluruh masyarakat dunia menilai perilaku berbohong, mencuri,
menipu dan dan menyakiti orang lain sebagai perbuatan yang tidak etis dan tidak
bermoral. Sedangkan perilaku kejujuran, menepati janji, membantu orang lain,
dan menghormati hak-hak orang lain di pandang sebagai perilaku yang etis dan
bermoral.[4]
Jadi perilaku yang etis itu adalah perilaku yang mengikuti perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Dalam islam, etika bisnis ini sudah banyak di bahas dala
berbagai literatur dan sumber
utamanya Al Quran dan Sunah Rasul.[5]
Bisnis adalah bagian dari kegiatan ekonomi. Adapun pengertian atau hakikat
bisnis adalah kemampuan mengelola perputaran uang.[6] Bisnis merupakan bentuk
lahan usaha dari wirausaha. Bisnis tersebut dapat bergerak
diberbagai bidang seperti jasa, produsen atau pemasaran. Tetapi inti dari
bisnis itu adalah memutar uang yang ada (modal) melalui suatu lahan usaha
tertentu sehingga menghasilkan keuntungan.
Etika
bisnis merupakan penerapan etika secara umum terhadap perilaku bisnis. Menurut
Zimmerer etika bisnis adalah suatu kode prilaku pengusaha berdasarkan
nilai-nilai moral dan norma yang di jadikan tuntunan dalam membuat keputusan
dan dalam pemecahan persoalan-persoalan yang di hadapi. Etika bisnis sangat
penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholders
dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan
perusahaan. Mengapa demikian? Karena semua keputusan perusahaan sangat
mempegaruhi dan di pengaruhi oleh stakeholders.
Stakeholders adalah kumpulan individu atau kelompok yang berkepentingan dan
berpengaruh terhadap perusahaan.[7]
Berdasarkan kedudukan stakeholder
dalam pengelolaan perusahaan, jones membagi stakeholder
menjadi dua kategori yaitu:
1.Inside Stakeholders
Orang yang memiliki
kepentingan dan tuntunan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam
organisasi perusahaan. Contoh: Pemegang saham (shareholders), para menejer (managers),
dan karyawan (workface).
2.Outside Stakeholders
Orang-orang atau pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik
perusahaan, pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan, tetapi
memiliki kepentinan terhadap perusahaan dan di pengaruhi oleh keputusan serta
tindakan yang di lakukan oleh perusahaan. Contoh: Pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah (goverment), serikat pekerja (unions), komunitas lokal (local communities), masyarakat umum (general public).[8]
Menurut Zimmerer ada 8
kelompok stakeholders yang
mempengaruhi keputusan – keputusan bisnis, yaitu:
1)
Para Pengusaha dan Mitra Usaha
Selain merupakan pesaing, para
pengusaha juga merupakan mitra. Sebagai mitra, para pengusaha merupakan relasi
usaha yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang,
misalnya akses pasar, akses bahan baku,dll.
2)
Petani dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku
Petani dan perusahaan berperan dalam menyediakan bahan
baku. Pasokan bahan baku yang kurang bermutu dan pasokan yang lambat dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan.
3)
Organisasi Pekerja Yang Mewakili
Organisasi pekerja dapat mempengaruhi keputusan melalui
proses tawar menawar secara kolektif. Tawar menawar tingkat upah, jaminan
sosial, jaminan kesehatan, konvensasi, dan jaminan hari tua sangat berpengaruh
langsung dalam pengambilan keputusan.
4)
Pemerintah yang Mengatur Kelancaran Aktivitas Usaha
Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktivitas usaha
melalui serangkaian kebijaksanaan yang dibuatnya.
5)
Bank Penyandang Dana Perusahaan
Bank selain berfungsi sebagai jantungnya perekonomian
secara makro juga sebagai lembaga yang dapat menyediakandana perusahaan.
6)
Investor Penanaman Modal
Investor penyandang dana dapat mempengaruhi perusahaan
melalui serangkaian persyaratan yang diajukannya.persyaratan tersebut akan
mengikat dan sangat besar
7)
Masyarakat Umum yang Dilayani
Masyarakat umum yang dilayani dapat mempengaruhi
keputusan bisnis.mereka akan meresponsdan memberikan informasi tentang bisnis
kita.Mereka juga merupakan konsumen yang akan menentukan keputusan-keputusan
perusahaan baik dalam menentukan produk barang dan jasa yang dihasilkan maupun
dalam menentukan teknik yang di gunakan.
8)
Pelanggan yang Membeli Produk
Pelanggan yang membeli produk secara langsung dapat
mempengaruhi keputusan bisnis.Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan,berapa
jumlahnya danteknologi bagaimana yang di perlukan sangat ditentukan oleh
pelanggan dan mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis.[9]
Pada dasarnya, etika bisnis
menyangkut usaha membangun kepercayaan antara anaggota masyarakat dengan
perusahaan, dan ini merupakan elemen sangat penting buat suksesnya suatu bisnis
dalam jangka panjang. Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting untuk
melindungi reputasi perusahaan.[10]
Jadi prinsipnya seorang wirausaha lebih baik merugi dari pada melakukan
perbuatan tidak terpuji.
Selain etika dan perilaku yang
tidak kalah pentingnya dalam bisnis adalah norma etika. Menurut Zimmerer ada
tiga tingkatan norma etika,yaitu:
a). Hukum.Hukum berlaku bagi
masyarakat secara umum yng mengatur mana perbuatan yang boleh dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan.
b). Kebijakan dan Prosedur Organisasi.
Kebijakan dan prosedur organisasi memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam
organisasi dalam mengambil keputusan sehari-harinya.
c). Moral Sikap Mental
Individual.Sikap mental individual sangat penting untuk menghadapi suatu
keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral dan sikap mental
individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah. Sebagian lagi
yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Kebijaka dan aturan perusahaan sangat penting terutama untuk membantu,
mengurangi, mempertinggi pemahaman karyawan tentang etika perilaku.[11]
B. PRINSIP- PRINSIP ETIKA DAN PERILAKU
BISNIS
Dalam pengambilan keputusan etika banyak model
dapat di gunakan untuk membuat keputusan etika, apakah perilaku dalam praktik
nantinya etis ataukah tidak etis. Menurut pendapat Michael Joephson yang di
kutip oleh Zimmerer secara universal , ada 10 prinsip etika yang mengarahkan
perilaku, yaitu:
1.
Kejujuran
(Honesty), yaitu penuh kepercayaan,
bersifat jujur, sungguh-sungguh, blak-blakan, terus terang, tidak curang, tidak
mencuri, tidak menggelapkan, dan tidak berbohong.
2.
Integritas
(Integrity), yaitu memegang prinsip,
melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani dan penuh
pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
3.
Memelihara
janji (Promise keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut di percaya, penuh
komitmen, patuh, dan dapat di percaya.
4.
Kesetiaan
(fidelity), yaitu hormat dan loyal
kepada keluarga, teman, karyawan, dan negara, jangan menggunakan atau
memperlihatkan informasi yang di peroleh dalam kerahasiaan.
5.
Kewajaran/keadilan
(fairness), yaitu berlaku adil dan
berbudi luhur, bersedia untukmengakui kesalahan, dan perlihatkan komitmen
keadilan, persamaan perilaku individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan
bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari
kesalahan atau kemalangan orang lain.
6.
Suka
membantu orang lain (caring for others),
yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong-menolong,
kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
7.
Hormat
Kepada Orang Lain (Respect for other),
yaitu menghormati martabat manusia, menghormati kebebasan dan hak untuk
menentukan nasib sendiri untuk semua orang.
8.
Kewarganegaraan
yang Bertanggung Jawab (Responsibility
Citizenship), yaitu selalu menaati hukum/aturan, penuh kesadaran sosial,
menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
9.
Mengejar
keunggulan (Persuit of excellence),
yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam pertemuan personal
maupun pertanggung jawaban profesional, melakukan semua tugas dengan yang
terbaik berdasarkan kemampuan, mengembangkan dan mempertahankan tingkat
kompetensi yang tinggi.
10. Dapat Dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu memiliki tanggung
jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu
memberi contoh.[12]
Culen, B. John memberikan model alau analisis
pengambilan keputusan etika perusahaan secara lebih rinci, sebagai berikut:
a. Analisis ekonomi (economic analisis). Analisis ekonomi di gunakan untuk mengetahui
kemampuan bisnis dalam mendatangkan profit
sebagai bentuk tanggung jawab ekonomi kepada stakeholder.
b.
Analisis
legal (legal analisys). Analisis
legal fokus pada kesesuaian operasional perusahaan (rules of the games) dengan legalitas formal antar negara (host or home country law).
c.
Analisis
etika organisasi (organizational ethical
analisys). Analisis etika organisasi di gunakan untuk kesesuaian budaya
organisasi perusahaan dengan etika yang akan di terapkan.
d.
Analisis
sensitivitas budaya (cultural sensitivity
analysis). Analisis sensitivitas budaya di gunakan untuk kesesuaian etika
dengan budaya lokal di mana perusahaan beroperasi.
e. Analisis personal (personal analysis). Dan analisis personal fokus pada kesesuaian
dengan moral dan kepercayaan personal stakeholder.[13]
C. CARA MEMPERTAHANKAN STANDAR ETIKA
Pihak
pengelola perusahaan atau menejer dapat mempertahankan standar etika dengan
cara sebagai berikut:
- Ciptakan kepercayaan perusahaan. Pengusaha menciptakan norma atau kepercayaan yang merupakan nilai dasar perusahaan dan tanggung jawab etikanya terhadap pihak yang berkepentingan.
- Kembangkan kode etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar perilaku dan prinsip etis yang di harapkan perusahaan dan menejemen atau lebih di kenal dengan kode etik. Kode etik di harapkan mampu memberikan perilaku standar minimal yang di harapkan dari pihak manajemen. Kode etik memuat jenis perilaku yang di harapkandan memberikan panduan kongkrit kepada pihak manajemen di perusahaan bagaimana berperilaku secara etis setiap hari dalam perusahaan.
- Menjalankan kode etik secara konsisten. Pihak menejemen harus menjalankan perilaku etis setiap hari dan menejer wajib memberikan hukuman apabila ada yang melanggar kode etik tersebut.
- Memperkerjakan orang yang tepat. Perilaku etis yang di harapkan tergantung perseorangan. Mempekerjakan orang dengan prinsip dan komitmen yang kuat serta nilai moral yang tinggi akan membantu pencapaian perilaku yang etis.
- Adakan pelatihan etika. Membangun dan mempertahankan standar etika memerlukan kerja keras dan waktu yang cukup. Cara yang dapat di lakukan perusahaan untuk mempercepat pemahaman, pelaksanaan, mempertahankan, standar etika adalah dengan melakukan pelatihan etika.
- Lakukan audit etika secara periodik. Melakukan penilaan secara periodik terhadap pelaksanaan etika perusahaaan. Adakalanya karena perubahan yang begitu cepat di dunia usaha membutuhkan tanbahan perilaku etika baru, sehingga dalam melakukan penilaian setiap waktu dapat meningkatkan perilaku etika secara berkelanjutan.
- Pertahankan staandar yang tinggi tentang tingkah laku etis, jangan hanya aturan.
- Pemimpin memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga dapat merupakan tolok ukur perilaku bawahan.
- Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Karyawan di berikan kesempatan memberikan respon, tanggapan, melaporkan kepada atasan terhadap pelanggaran perilaku yang tidak etis.
- Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika.
Bawahan di libatkan dalam perancangan dan implementasi etika dalam
perusahaan.[14]
Perbuatan
bisnis adalah suatu kegiatan manusia dalam memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat ini adalah
termasauk kegiatan ibadah dalam islam. Jadi kegiatan bisnis tidak terlepas dari
ajaran agama dan kepercayaan kepada Allah SWT. Allah akan ikut dalam
menjalankan bisnis, maka ketiganya adalah Allah. Apabila salah seorang meliciki
atau mulai menipu yang lain, maka Allah akan menarik diri, keluar dari persekutuan
tersebut, sehingga persekutuan itu akan pecah, berantakan, dan bubar. [15]
D. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
Menurut
Milton Friedman[16] satu-satunya tanggung
jawab perusahaan adalah meningkatkan keuntungan sampai sebesar mungkin.
Tanggung jawab ini di letakkan dalam tangan menejer. Pelaksanaanya tentu saja
harus sesuai dengan aturan-atuaran main yang berlaku dalam masyarakat, baik
dari segi hukum maupun dari segi kebiasaan etis.[17]
Tanggung jawab sosial yang mencoba menjebatani komitmen individu dan kelompok
dalam suatu lingkungan sosial seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan
investor. Tanggung jawab sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen yang
berbeda-beda. Menurut Zimmerer ada beberapa macam pertanggung jawaban
perusahaan,yaitu:
1. Tanggung
Jawab Terhadap Lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya
perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga linkungan, misalnya
tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah
yang merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan kelompokmasyarakat yang ada
di lingkungan sekitar.
2. Tanggung
Jawab Terhadap Karyawan. Menurut Ronald J. Ebert semuaaktivitas menejemen
sumber daya manusia seperti pengrekrutan, pengupahan, pelatihan, promosi, dan
kompensasi kesemuanya dalam rangka tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan.
Menurut Zimmerer tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat di lakukan
dengan cara:
·
Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat
mereka.
·
Minta input kepada karyawan.
·
Berikan umpan balik yang positif maupun negatif.
·
Ceritakan selalu kepada mereka tentang
kepercayaan.
·
Biarkan mereka mengetaui sebenar-benarnya apa
yang mereka harapkan.
·
Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja
dengan baik.
·
Percayakanlah mereka.
3. Tanggung
Jawab Terhadap Pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan
menurut Ronald J. Ebert ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan barang dan jasa
yang berkualitas, (2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan.
Menurutnya ada empat hak pelanggan, yaitu:
·
Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
·
Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek
produk.
·
Hak untuk didengar.
·
Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut Zimmereer hak-hak
pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima, yaitu:
·
Hak keamanan. Barang dan jasa yang di hasilkan
oleh perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga
kemasanya.
·
Hak untuk Mengetahui. Konsumen berhak untuk
mengetahui barang dan jasa yang di beli termasuk perusahaan yang menghasilkan
barang tersebut.
·
Hak untuk
Didengar. Komunikasi dua arah harus di bentuk, yaitu untuk menyalurkan
keluan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi
barang dan jasa dari perusahaan.
·
Hak Atas Pendidikan. Pelanggan berhak atas
pendidikan. Misalnya, Pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara
produk.
·
Hak untuk Memilih. Hal terpenting dalam
persaingan adalah hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan.
4. Tanggung
Jawab terhadap investor. Tanggung Jawab perusahaan terhadap investor adalah
menyediakan pengembalian (return) investasi yang menarik di antaranya
dengan memeksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk
melaporkan kinerja keuanganya kepada investor seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung
Jawab Terhadap Masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan
dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada di sekitar
lokasi tersebut.[18]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika bisnis adalah suatu kode prilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai
moral dan norma yang di jadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam
pemecahan persoalan-persoalan yang di hadapi. Etika, asalnya adalah norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Dalam pengambilan keputusan etika banyak model
dapat di gunakan untuk membuat keputusan etika, apakah perilaku dalam praktik
nantinya etis ataukah tidak etis. Menurut pendapat Michael Joephson yang di
kutip oleh Zimmerer secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan
perilaku, yaitu: Kejujuran, integritas, memelihara janji, kesetiaan, keadilan,
suka membantu orang, hormat kepada orang lain, kewarganegaraan yang bertanggung
jawab, mengejar keunggulan, dapat di pertanggung jawabkan.
Pihak pengelola perusahaan atau menejer dapat
mempertahankan standar etika dengan cara sebagai berikut: Ciptakan kepercayaan
perusahaan, kembangkan kode etik, jalankan kode etik secara adil dan konsisten,
lindungi hak perorangan, adakan pelatihan etika, lakukan audit etika secara
periodik, pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, hindari contoh
etika yang terela setiap saat, ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua
arah, libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika.
Selain etika, ada beberapa tanggung jawaban
perusahaan,yaitu: Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan, tanggung jawab terhadap
karyawan, tanggung jawab terhadap pelanggan, tanggung jawab terhadap investor,
tanggung jawab terhadap masyarakat umum.
[1]Etika dan Bisnis, Dalam: http://entrepreneur.gunadarma.ac.id/e-learning/attachments/040_etika%20bisnis%20dan%20kewirausahaan.pdf, Di akses pada tanggal 06 Oktober 2011
[2]Adi Sutanto, 2002, Kewiraswastaan, Jakarta: Ghalia
Indonesia, hlm. 170
[3]Wazin Baihaqi, Etika
Bisnis Islam, Dalam: http://wazin-mendale.blogspot.com/2010/03/etika-bisnis-islam.html, Di akses tanggal 06 Oktober 2011
[4]Ismail Solihin, 2006, Pengantar Bisnis: Pengenalan Praktis Dan
Studi Kasus, Cet. Ke-1,Jakarta: Kencana, hlm. 103
[5]Buchari Alma, 2006, Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta, hlm.
217
[6]Wazin Baihaqi, loc.cit.
[7]Suryana, Kewirausahaan, Salemba Empat, hlm. 174
[8]Ismail Solihin, op.cit,
hlm. 92-99
[9]Suryana, op.cit, hlm. 174
-176
[10]Buchari Alma, op.cit, hlm.
218
[11]Suryana, op.cit, hlm. 178
[12]Ibid, hlm 179-180
[13]R. Heru Kristanto HC, 2009, Kewirausahaan
(Enterpreneurship): Pendekatan Manajemen dan Praktik, cet. Ke-1, Yokyakarta: Graha Ilmu, hlm. 190
[14]Ibid, hlm. 191-192
[15]Buchari Alma, op.cit, hlm.
219-220
[16]Milton Friedman adalah
profesor emeritus dari Universitas Chicago dan pemanang Hadiah Nobel bagian
ekonomi pada tahun 1976.
[17]K. Bertens, 2000, Pengantar
Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, hlm. 293
[18]Suryana, op.cit, hlm. 181-183
No comments:
Post a Comment