Wednesday, May 16, 2012

Pengumpulan Data

A. Pengertian Data
Data merupakan unit informasi yang direkam media yang dapat di bedakan dengan data lain, dapat di analisis dan relevan dengan problem tertentu. Data haruslah merupakan keterkaitan antara informasi dalam arti bahwa data harus mengungkapkan kaitan antar sumber informasi dan bentuk simbolik asli pada satu sisi. Di sisi lain data harus sesuai dengan teori dan pengetahuan (krippondorf, 1991).Data adalah informasi tentang sebuah gejala yang harus di catat,
lebih tepatnya data, tentu saja merupakan “rasion d’entre” seluruh proses pencatatan. Persaratan yang pertama dan paling jelas adalah bahwa informasi harus dapat di catat oleh para pengamat dengan mudah, dapat di baca dengan mudah oleh mereka yang harus memprosesnya, tetapi tidak begitu mudah di ubah oleh tipi daya berbagai maksud yang tidak jujur. Soekamto (1996) menjelaskan,  tipe-tipe data adalah:

a.  Perilaku manusia dan ciri-cirinya
Contoh: dalam pengertian “pengaruh egiatan Ekstrakurikuler terhadap Keaktifan Mahasiswa”. Kemudian di catat hasil wawancara tentang kegiatan  Eksrakurikuler mahasiswa sebagai responden.
b.  Hasil perilaku mahasiswa dan ciri-cirinya
Contoh: dicatat berapa kali responden tidak masuk setiap minggunya.
c.  Data simulasi
Yaitu meniru hasil catatan orang lain.

Sehingga bisa diambil kesimpulan, data yang berasal dari bahasa inggris data yang merupakan jamak datum menurut kamus Inggris-Indonesia oleh John M.Echols dan hasan shadily adalah fakta atau keterangan-keterangan yang akan di olah dalam kegiatan penelitian.

Menurut sumbernya, data dapat diedarkan menjadi dua jenis, yaitu data intern dan data ekstern. Data interen adalah data yang diperoleh atau bersumber dari dalam suatu instansi (lembaga, organisasi) sedangkan data eksternal adalah data yang diperoleh atau bersumber dari luar instansi. Data ekstern di bagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung di kumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut. Data yang diperoleh memakai wawancara atau memakai kuisioner merupakan contoh dari data primer. Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut. Data yang diperoleh dari laporan suatu perusahaan. Atau dari suatu lembaga untuk keperluan skripsi adala merupakan contoh data sekunder.

B. Syarat-syarat Pengambilan Data
Agar data penelitian mempunyai kualitas yang cukup tinggi, maka alat pengambil datanya harus memenuhi syarat-syarat sebagai alat pengukur yang baik. Syarat-syarat itu adalah:
a.  Reabilitas atau keterandalan
Reabilitas suatu alat pengukur menunjukkan keajegan hasil pengukuran sekiranya alat pengukur yang sama itu digunakan oleh orang yang berlainan atau di gunakan oleh yang berlainan dalam waktu yang berlainan. Reabilitas ini secara implicit juga mengandung obyektifitas, karena hasil pengukuran tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya.
b.  Validitas atau kesahihan
Validitas atau kesahihan menunjuk kepada sejauh mana alat pengukur apa yang di maksudkan untuk diukur (Suryabrata, 1998:27)

Di samping kedua syarat tersebut suatu alat pengukur akan memberikan data yang baik kalau memenuhi syarat keterbakuan. Kedua syarat yang pertama harus terpenuhi sampai pada taraf yang memadai.

Untuk lebih jelasnya berikut ini di terangkan masalah validitas dan rebilitas sebagai berikut:
1.  Reabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menujukkan sejauh mana suatu alat pengukur di pakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat tersebut reliable. Dengan kata lain rebilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1985: 75).

Reabilitas menyangkut alat ukur. Pengertian reabilitas dapat lebih mudah dipikirkan jika pertanyaan berikut dijawab:
a.  Jika suatu objek yang sama di ukur berkali-kali dengan alat ukur yang sama apakah kita akan mengukur hasil yang sama?
b.  Apakah ukuran yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur yang sama adalah ukuran yang sebenarnya dari objek tersebut?
c.  Berapa besar errot yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran tersebut terhadap objek?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak lain dari tiga aspek pengertian tentang reabilitas. Suatu alat ukur alat ukur tersebut mempunyai reabilitas yang tinggi atau dapat di percaya jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat di andalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukuranya dan dapat di andalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa.

Pertanyaan kedua memberi aspek ketepatan atau akurasi. Suatu pertanyaan atau ukuran yang akurat adalah ukuran yang cocok dengan yang diukur. Jika kedua aspek diatas , yaitu aspek stabilitas dan aspek akurasi di gabungkan maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur tersebut mantap dan dapat mengukur secara cermat dan tepat. Suatu alat ukur juga harus sedemikian rupa sifatnya, sehingga error yang terjadi yaitu error pengukuran yang random sifatnya dapat di tolerir (Nazir, 1988: 175).

2.  Validitas
Validitas berasal dari bahasa inggris yaitu validity the most simplistic definition of validity is that is the degree to wich a test measures what it is supposes to measure. A common misconception is that a test is, or, is not valid (Gray, 1987: 155)

Validitas mengukur sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin di ukur, sekiranya peneliti menggunakan kuisioner yang di susunya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Validitas adalah kebenaran bagi positivisme di ukur berdasar besarnya frekwensi kejadian atau berdasar berartinya (significancy) variansi obyeknya (Muhajir, 1998: 36).

C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data tidak lain dari proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting di peroleh dalam metoda ilmiah, karena pada umumnya, data yang di kumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan. Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan.

Pengumpulan data adalah prossedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data dapat dikerjakan berdasar pengalaman. Memang dapat di pelajari metode-metode pengumpulan data yang lazim digunakan, tetapi bagaimana mengumpulkan data di lapangan, dan bagaimana menggunakan teknik tersebut dilapangan atau dilaboratorium, berkehendak akan pengalaman yang banyak (Nazir, 1988: 211). Secara umum metode pengumpulan data terbagi atas beberapa kelompok yaitu:
1.  Observasi (Pengamatan)
Teknik observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2003: 158). Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadp sesuatu objek dengan menggunakan alat indera (Arikunto, 2002: 133). Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung (Riyanto, 2001: 96). Observasi sebagai alat pengumpulan data ini banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalan situasi buatan. Teknik pelaksanaan observasi ini dapat dilakukan secara langsung yaitu pengamat berada langsung bersama objek yang diselidiki dan tidak langsung yakni pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang diselidiki.

Hampir setiap orang melakukan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, yakni apabila kita dengan sengaja mengaktifkan indera kita terhadap suatu sasaran, hal yang demikian ini berarti kita sudah melakukan pengamatan. Akan tetapi pengamatan dalam pengumpulan data berbeda dengan pengamatan yang sehari-hari dilakukan kebanyakan orang. Perbedaanya adalah pengamatan dalam penelitian tertuju pada sasaran yang jelas, yakni sasaran yang akan diamati ditegaskan dulu dalam perencanaan penelitian. Pengamatan ilmiah dalam penelitian harus direncanakan secara sistematis, dilakukan secara teratur, dengan tujuan untuk mengembangkan atau menguji suatu gagasan ilmiah, disamping itu pengamatan dalam penelitian mengandung suatu nilai kebenaran, yaitu apabila ada peneliti lain yang melakukan pengamatan terhadap obyek yang sama maka hasilnya akan tetap sama atau tidak jauh berbeda (observation).

Petujuk penting yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam menggunakan teknik observasi ini menurut Rummel (1958) adalah:
a.  Pemilihan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang diteliti.
b.  Menyelidiki tujuan-tujuan umum dan khusus dari masalah-masalah penelitian untuk menentukan masalah sesuatu yang harus di observasi.
c.  Menentukan cara dan alat yang dipergunakan dalam observasi.
d.  Menentukan kategori gejala yang di amati untuk memperjelas ciri-ciri setiap kategori.
e.  Melakukan pengamatan dan pencatatan dengan kritis dan detail agar tidak ada gejala yang lepas dari pengamatan.
f.     Pencatatan setiap gejala harus dilakukan secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi.
g.  Menyiapkan secara baik alat-alat pencatatan dan cara melakukan pencatatan terhadap hasil observasi.

Sebagaimana wawancara mendalam, pengamatan juga merupakan salah satu metoda pengumpulan data yang bersifat kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan ini adalah gejala sosial yang dilakukan dengan menggunakan penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan dan penciuman. Dalam pengamatan indera yang sring dipakai adalah penglihatan dan pendengaran, karena obyek pengamatan dalam penelitian social adalah berupa tingkah laku individu dan proses sosial dalam suatu kelompok kecil. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bailey bahwa mengamati gejala sudah barang tentu tidak dengan bertanya, tetapi dengan penginderaan atau sensing (Bailey, 138).

Berdasarkan dari deskripsi diatas, dapat dikemukakan bahwa pengamatan adlah teknik pengumpulan data yang tidak menimbulkan stimulus atau rangsangan atau sering disebut dengan non stimulus, karena semua gejala yang diamati sudah dapat di presentasikan tanpa stimulus. 

Teknik pengumpulan data melalui pengamatan ini dapat di golongkan menjadi dua tipe, yaitu pengamatan terstruktur (structured observation) dan pengamatan non tak terstruktur (unstructured observation). Pengamatan terstruktur adalah pengamatan yang telah dipersiapkan secara sistematis, telah diketahui kesatuanya, telah diketahui variabel teoritis dan indikator-indikatornya. Dengan demikian pengamatan terstruktur ini tinggal mencocokkan indikator-indikator yang telah disusun dengan gejala yang diamati.

Dalam pelaksanaanya pengamatan terstruktur ini dapat dilakukan tanpa partisipasi peneliti dalam masyarakat yang diteliti, peran peneliti hanya sebagai pengamat penuh dan tidak perlu mengambil bagian dalam interaksi dengan anggota kelompok yang diamati demikian juga tidak perlu memperlihatkan posisi peneliti dalam interaksi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tetap menjadi pengamat dengan jarak tertentu dan agar tidak mempengaruhi kebiasaan komunitas yang diamati.

Sedangkan pengamatan tak terstruktur adalah pengamatan yang dilakukan dengan tidak menentukan kesatuan, variabel maupun indikatornya terlebih dahulu dengan jelas, dalam pengamatan ini tidak terdapat hipotesis. Peneliti dalam model pengamatan ini di mulai dengan masuk ke dalam kelompok masyarakat yang diteliti dan mengambil peran tertentu di dalamnya. Karena keterlibatanya tersebut, maka pengamatan tak terstruktur ini juga disebut sebagai pengamatan terlibat atau observasi berpartisipasi. Berdasarkan dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pengamatan terlibat adalah sebuah penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan metode observasi berpartisipasi dan bukan menguji hipotesis, melainkan mengembangkan hipotesis. Oleh karena itu penelitian ini dapat di katakan sebagai penelitian untuk mengembangkan teori dan karenananya hanya dapat dilakukan oleh peneliti yang menguasai macam-macam teori yang telah ada di bidang yang menjadi perhatianya.

Observasi adalah cara untuk menggumpulkan data dengan mengamati atau mengobservasi obyek penelitian atau peristiwa baik berupa manusia, benda mati, maupun alam. Data yang diperoleh adalah untuk mengetahui sikap dan perilaku manusia, benda mati, atau gejala alam. Orang yang bertugas melakukan observasi disebut observer atau pengamat. Sedangkan alat yang dipakai untuk mengamati obyek disebut pedoman observasi. Kelebihan observasi adalah data yang diperoleh lebih dapat dipercaya karena dilakukan atas pengamatan sendiri. Sedangkan kelemahanya adalah bias terjadi kesalahan interpretasi terhadap kejadian yang diamati. Observer yang berbada dalam mengamati obek yang sama, bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda karena factor subyektifitas observer. Disamping item kehadiran observer di tengah-tengah obyek yang sedang diamati bias merubah sikap dan perilaku obyek sehingga bisa menyesatkan kesimpulan.

2.  Wawancara (interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan interview pada satu atau beberapa orang yang bersangkutan.  Ada dua jenis wawancara yang lazim di gunakan dalam pengumpulan data, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Wawancara berstruktur adalah wawancara yang sebagian besar jenis-jenis pertanyaanya telah ditentukan sebelumnya termasuk urutan yang di Tanya dan materi pertanyaanya. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak secara ketat telah di tentukan sebelumnya mengenai jenis-jenis pertanyaan, urutan dan materi pertanyaannya. Materi pertanyaan dapat dikembangkan pada saat berlangsungnya wawancara ddengan menyesuaikan pada kondisi saat itu sehingga menjadi lebih fleksibel dan sesuai dengan jenis masalahnya.

3.  Angket
Metode pengumpulan data dengan angket dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis piula oleh responden (Margono, 2003: 167). Atau dapat pula dikatakan bahwa angket atau kuisioner adalah daftar pertanyaan yang disusun sedemikian rupa, terstruktur dan terencana, di pakai untuk mengumpulkan data kuantiatatif yang di gali dari responden.

4.  Tes dan Skala Obyektif
Tes dan skala obyektif adalah suatu cara mengumpulkan data dengan memberikan tes pada obyek yang diteliti. Ada tes dengan pertanyaan yang disediakan pilihan jawaban, ada juga tes dengan pertanyaan tanpa pilihan jawaban (bersifat terbuka). Berdasarkan jawaban yang diberikan ditentukan nilai masing-masing pertanyaan sehingga dapat di pakai untuk mengukur karakteristik tertentu dari obyek yang diteliti. Cara ini banyak dilakukan pada tes psikologi untuk mengukur kepribadian seseorang. Selain itu, ada juga tes untuk mengukur prestasi seseorang. Ada beberapa macam tes yaitu, tes kecerdasan dan bakat, tes kepribadian, tes sikap, tes tentang nilai, dan tes prestasi belajar (Boediono dan Koster, 2002). Berdasarkan sarana atu obyek yang di evaluasi, tes dan alat ukur dapat dibedakan menjadi:
a.  Tes kepribadian (personality test), untuk mengukur kretifitas, disiplin, kemampuan khusus dan sebagainya.
b.  Tes bakat (aptitude test), untuk mengukur bakat seseorang.
c.  Tes intelegensi (intelegence test), untuk mengukur pikiran terhadap tingkat intelektual seseorang.
d.  Tes sikap (attitude test), untuk mengukur sikap seseorang.
e.  Tes minat (interest test), untuk mengukur minat seseorang terhadap sesuatu.
f.     Tes prestasi (achievement test), untuk mengukur pencapaian keberhasilan seseorang setelah mempelajari sesuatu.

5.  Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang tersedia. Metode ini dilakukan dengann melihat dokumen-dokumen resmi seperti monografi, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Dokumenn sebagai metode pengumpulan data adalah setiap pernyataan tertulis yang disususn oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.

Dokumen ialah setiap bahan tertulis atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik. Dalam penerapan metode dokumentasi ini, biasanya peneliti menyusun instrumen dokumentasi dengan menggunakan chek list terhadap beberapa variable yang akan didokumentasikan. Dokumen yang di pergunakan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dokumen pribadi yang berisi catatan-catatan yang bersifat pribadi dan dokumenresmi yang berisi catatan-catatan yang sifatnya formal (Meleong, 2004, 163).

Sumber: Dr. Ahmad Tanzeh, M.Pd.I. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras


Bacaan yang Mungkin Terkait:

No comments:

Post a Comment

free counters