Keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar tidaklah dapat selalu diukur dengan alat tes, sebab masih banyak
aspek-aspek kemampuan siswa yang sukar diukur secara kuantitatif dan obyektif
misalnya aspek afektif dan psikomotor yang mencakup sifat, sikap, kebiasaan
bekerja dengan baik, kerjsama, kerajinan, kejujuram, tanggung jawab, tenggang
rasa, solidaritas, nasionalisme, pengabdian, keyakinan/optisme, dan lain-lain.
Untuk mengukur kedua aspek itu perlulah alat Penilaian yang sesuai dan memenuhi
syarat.
A. Observasi
(Pengamatan)
1. Pendahuluan
Observasi
merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakunya. Dalam observasi guru tidak perlu mengadakan komunikasi langsung dengan
siswa. Observasi dapat dilakukan dlam berbagai tempat misalnya dikelas pada
waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu murid bermain-main, dilapangan
pada waktu murid olah raga, upacara, peryaan, dirumah pada waktu senggang, pada
tempat karya wisata (pada waktu mereka mengadakan karya wisata ke situs
sejarah) dll.
a. Observasi sebagai teknik penilaian
harus memiliki sifat-sifat tertentu yaitu:
1) Harus dilakukan sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan.
2) Direncanakan secara sistematis.
3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai
denagn tujuan.
4) Dapat diperiksa validitas,
reliabilitas, dan ketelitiannya.
b. Pengamatan menurut cara dan tujuannya
dapat dibedakan menjadi:
1) Pengamatan partisipatif – non
partisipatif
Dikatakan
partisipatif, jika guru yang mengamati itu benar-benar turut mengambil bgian
dalam kegiatan yang dilakukan siswa-siswanya.
2) Pengamatan sistematis – non sistematis
Dikatakan
sistematis, jik sebelum dilksanakan telah disusun berdasarkan kategori nilai
yang hendak diamati.
3) Pengamatan eksperimental
Dikatakan
eksperimental jika pengamatan dilkukan secara non partisipatif, tetapi
sistematis untuk mengetahui perubahan-perubahan atau gejala-gejala sebagai
akibat dari situsi yang sengaja diadakan.
c. Agar observasi itu efektif, guru perlu
memperhatian petunjuk-ptunjuk berikut ini.
1) Guru harus mngetahui dengn jelas apa
yang ingin diobservasikannya. Ia harus mrumuskan sifat-sifat yang ingin
diketahuinya serta bentuk-bentuk kelkun yang perlu diamatinya.
2) Guru hendaknya memperhatikan satudua
anak tertentu, sehingga pengamatannya lebih intensif. Untuk lebih mengrahkan
pengamatannya ia memperhatikan anak-anak itu dalam situai tertentu, misalnya
sewaktu kerja kelompok.
3) Guru harus mencatat hasil pengamatannya
dengan obyektif, yakni sesui dengn apa yang benar-benar dilihatnya. Jadi ia
jangan mencampurny dengan tafsirannya. Tafsiran hanya dapat diberikan setelah
terkumpul sejumlah hsil observasi.
4) Guru hendaknya mengadakan rencana agar
melakukan observasi itu pada waktu-waktu tertentu. Obervasi dpat dilakukan
secara sambil lalu atau secara berencana. Cara terakhir ini lebih baik dan
lebih terpercaya.
2. Alat Observasi
a. Check-List (Daftar Cek) dan Skala
Penilaian.
Check-List
atau daftar penilaian adalah salah satu alat/pedoman observasi yang berupa
daftar kemungkinan-kemungkinan aspek tingkah laku seseorang yang sengaja dibuat
untuk memudah kan mengenai ada tidaknya aspek tingkah laku tertentu pada
seseorang yang akan dinilai.
b. Macam-macam daftar check list dan skala
penilaian
Kita
mengennal metode observasi, introspeksi/reintropeksi, angket, interview, dan
sebagainya. Untuk mensistematiskan observasi tingkah laku orang lain digunakan
alat/pdoman yang berupa daftar check. Metote introspeksi/reintrospeksi pada
dasarnya adalah observasi pada diri sendiri. Dengan demikian kita mengenal dua
macam daftar cek:
1. Daftar cek sebagai alat observasi,
yaitu daftar yang berisi kemungkinan aspek-aspek tingkah laku sebagai
alat/pedoman observasi bagi guru untuk mengetahui ada tidaknya aspek-aspek
tingkah laku tertentu dalam belajar pada orang yang diobservasi itu menjadi
efisien.
2. Problem daftar cek, yaitu daftar yang
berisi kemungkinan-kemungkinan masalah yang disusun sebagai alat/pedoman mawas
diri dan menyatakan hasil wawasannya itu secara efisien.
B. Pemberian
Tugas Untuk Hasil Karya Atau Laporan
Melalui pemberian tugas siswa dapat:
memahami dirinya baik kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya, memperdalam dan
memperluas nilai-nilai (materi yang dipelajari), serta dapat memperbaiki
perilkunya dalam belajar. Agar maksud-maksud tersebut dapat dicapai, maka dalam
pemberian tugas haruslah ditetapkan jenis tugas yang sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai/nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada siswa, sifat tugas
(individual atau kelompok), petunjuk yang jelas tentang cara pengerjaannya,
aspek tingkh laku yang dievaluasi, serta pedoman observasi (jika tugas
dikerjakan disekolah pada jam-jam pelajaran) serta pedoman penilaian laporan
(jika tugas harus dipertanggung jawabkan siswa mlalui laporan).
C. Karangan
Pada
dasarnya ada 4 jenis karangan:
1. Karangan reproduksi, yaitu karangan
yang isinya berasal dari cerita, tulisan atau karya orang lain, siswa hanya
merumuskan kembali penghayatan nilai-nilai dan jalan piker orang lain dan
kemudian menuangkannya dalam bentuk yulisan.
2. Karangan uraian, yaitu yang menguraikan
kenyataan sebagaimana adanya siswa dituntut untuk menguraikan misalnya
pengalaman, sikap, jiwa atau semangatnya sehubungan dengan obyek nilai tertentu
sebagaimana yang mereka alami.
3. Karangan ciptaan, yaitu menguraikan
sesuatu yang belum pernah ditemui sebelumnya atau hanya akan ditemui dalam
hayalan.
4. Karangan penjelsan, di mana siswa harus
menyatakan tentang apa yang dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan mengapa
dipilih pekerjaan itu dan bukan pekerjan yang lainnya, dengan kata lain
penjelasan tentang mengapa itu menjelaskan tentang sikap siswa terhdap
pekerjaan yang ia lakukan.
D. Skala
Sikap
Untuk menilai sikap dengan menggunakan
skala sikap, siswa tinggal mencentang pada skala yang menentukan tingkat atau
derajat dari sifat nilai yang
dimilikinya dari setip pertanyaan-pertanyaan. Adapun tingkat atau derajat sifat
nilai-nilai itu dapat ditunjukkan dengan cara:
1. Menggunakan bilangan, untuk menunjukkn
tingkat-tingkat dari sifat (obyek) yang dinilai.
2. Menggunakan frekuensi
terjadinya/timbulnya sifat itu.
3. Menggunakan istilah-istilah
kualitatif seperti bagus sekali, bagus,
baik, sedang dan kurang; sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju.
4. Menggunakan istilah-istilanh yang
menunjukkan ststus/kedudukan seperti pling rendah, dibawah rata-rata, rata-rata,
diatas rata-rata, paling tinggi.
5. Menggunakan kode bilangan atau huruf.
6. Menggunakan istilah-istilah deskriptif
yang berlaku tiap-tipa tingkat.
No comments:
Post a Comment