Wednesday, January 11, 2012

Pengertian Al-Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang sempurna tidak bisa kita amalkan sebelum kita melakukan kajian secara mendetail dan mendalam. Selama ini Al-Qur’an di kaji sebagai ayat-ayat Al-Qur’anologi saja. Mahasiswa belajar Al-Qur’an agar bisa menjawab soal, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an sebatas memenuhi tugas guru. Namun sebenarnya lebih jauh dari itu Al-Qur’an tidak hanya di pelajari tetapi perlu di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain berisi tentang petunjuk kehidupan Al-Qur’an juga merupakan sumber dari segala sumber ilmu. Bagaimana kita tahu ilmu alam, ilmu kedokteran, biologi, matematika, astronomi, geologi, dan ilmu lain yang di turunkan Allah kalau kita tidak mau mempelajari Al-Qur’an secara mendetail. Dalam belajar Al-Qur’an kita memerlukan kesadaran bahwa kita butuh Al-Qur’an untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an secara Etimologi
Secara etimologi,kata Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut ahli bahasa lafadz alqur’an adalah isim masdar dengan arti isim maf’ul yang berarti yang dibaca. Firman Allah dalam Al-Qur’an :
a. QS. Al-Qiyamaah ayat 17-18
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkanya (di dadamu) dan membuat pandai membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu.” (QS. Al-Qiyamaah ayat 17-18)
b. QS. Fushilat ayat 3
Artinya : “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.”(QS. Fushilat : 3)
            Mengenai kata Al-Qur’an, ulama’ berbeda pendapat di antaranya sebagai berikut :
a. Imam Syafi’i
            Imam Syafi’i berpendapat bahwa Al-Qur’an bukan merupakan musytaq (kata bantuan) dari kata apapun. Al-Qur’an merupakan kata khusus yang di berikan Allah. Demikian halnya dengan kata injil dan taurat yang juga khusus di pergunakan sebagai nama kitab Allah yang di turunkan kepada Isa a.s dan Musa a.s.
b. Imam Al Farra’
            Imam Al Farra’ berpendapat bahwa kata Al-Qur’an merupakan musytaq dari kata quroinun yang berarti petunjuk atau indikator. Alasanya bahwa ayat-ayat Al-Qur’an satu dengan yang lainya saling memberikan petunjuk.
c. Al-Asy’ari
            Al-Asy’ari berpendapat bahwa Al-Qur’an merupakan musytaq dari kata qorona yang artinya menggabungkan, yaitu menggabungkan surat-surat yang berjumlah 114 dan ayatnya 6.666 di himpun dan di gabungkan dalam suatu mushaf.

B. Pengertian Al-Qur’an secara Terminologi
            Pengertian Al-Qur’an secara terminologi ada beberapa pengertian menurut para ulama’, antara lain sebagai berikut :
a.  Ulama Ushul fiqih
Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf , dimulai dari surat al fatihah dan ditutup dengan surat an Nas. 
b. Abdul Wahab Khalaf
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalui ruhul amin (jibril) kepada Nabi Muhammad saw. Dengan bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya, dan sebagai hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai dari surat al fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir.
c. Syaikh Muhammad Abduh
Al-Qur’an adalah kalam mulia yang diturunkan oleh allah kepada Nabi yang paling sempurna (Muhammad) ajarannya mencakup keseluruha ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber yang mulai yang essensinya tidak dimengerti kecuali bagi orang yang berfjiwa suci dan berakal cerdas.
d. Salim Muhsin
Al-Qur-an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang ditulis dengan Mushaf -Mushaf dan diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang ( bagi yang tidak percaya).
e. Hasby Al-Shidiqy dan Departemen Republik Indonesia
Al-Qur-an adalah Kalam Allah SWT. yang nerupakan mukjizat yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan membacanya sebagai ibadah.
Ada lima unsur dalam definisi ini, yaitu : Kalam Allah, Mukjizat, Di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Di riwayatkan secara mutawatir dan Membacanya merupakan ibadah.
·    Kalam Allah
Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan Jibril. Meskipun kalam (perkataan) juga dimiliki oleh manusia dan jin, malaikat, bahkan hewan, tentu saja kalam Allah SWT berbeda dari kalam makhluk.
Diturunkannya Al-Qur’an dengan bahasa yang dipergunakan manusia tidak membuat Al-Qur’an secara otomatis bukan kalam Allah, dan tidak pula mencabut sisi Ilahiah dan kesucian Al-Qur’an, firman Allah dalam QS. An-Najm : 3-4 yang artinya : Dan tiadalah yang di ucapkan itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya, Ucapannya itu tiadaklah hanya wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An-Najm :3-4)
Jika orang-orang musyrikin Makkah mengatakan Al-Qur’an itu sihir dan Muhammad orang gila, itu semata-mata kebencian mereka dan ketidaksiapan mereka menghadapi kalam Allah ini. Maka Allah SWT sendiri yang menjawab kedustaan mereka dalam QS At-Takwir : 19-22 yang artinya : Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. (QS. At-Takwir : 19-22)
·    Mukjizat
Mukijzat (I’jaz) berarti menetapkan kelemahan, yakni ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power, kemampuan). Apabila mukjizat muncul, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Dengan demikian mukjizat dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal luar biasa untuk membuktikan kenabian/kerasulan seseorang disertai dengan tantangan bagi pihak yang memusuhinya, kemudian menampakkan kelemahan mereka yang memusuhi sekaligus keunggulannya selamat dari perlawanan. Rasulullah SAW bersabda :Tiada seorang Nabi pun kecuali diberi mukjizat yang dapat membuat manusia beriman kepadanya. Namun apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang datangnya dari Allah. Karena itu aku berharap semoga kiranya aku menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat. (HR. Bukhari dan Ahmad)
Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW yang tetap abadi, bisa disaksikan hingga kini. Sejak zaman Nabi SAW, sampai sekarang dan akhir zaman kelak, mukjizat ini terbukti dan tidak tertandingi.
Al-Qur’an sendiri telah menantang manusia untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan:
Pertama, menantang mereka (manusia dan juga jin) untuk membuat yang semisal dengan Al-Qur’an, firman Allah dalam QS. Al-Isra’ : 88 yang artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra’ : 88)
Ternyata mereka tidak sanggup menghadapi tantangan itu. Maka, terbuktilah keunggulan Al-Qur’an sebagai mukjizat yang tidak bisa ditandingi.
Kedua, menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari Al-Qur’an, firman Allah dalam  QS. Hud : 13-14 yang artinya : Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (QS. Hud : 13-14)
Mereka juga tidak sanggup. Dan Al-Qur’an tetap tidak bisa ditandingi, sebab ia adalah mukjizat.
Ketiga, menantang mereka dengan satu surat saja dari Al-Qur’an, firman Allah dalam QS. Yunus : 38 yang artinya : Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS. Yunus : 38)
Ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat pun seperti Al-Qur’an. Tantangan ini juga diulang dalam QS. Al-Baqarah : 23-24 yang artinya : Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah : 23-24)
Mereka tetap tidak sanggup. Meskipun sampai dengan hari ini dunia dipenuhi dengan para ahli bahasa dan sastrawan Internasional, pemikir, ilmuwan dan sebagainya, tidak ada satu orang pun yang berani menantang Al-Qur'an untuk membuat yang serupa dengannya meskipun satu surat saja.Mukjizat Al-Qur'an memang tidak tertandingi. Sampai sekarang, sampai kapan pun.
Selain kemukjizatan dalam aspek bahasa seperti fasahah dan balaghah yang demikian tinggi, ada beberapa aspek lain yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an, diantaranya :
Pertama, pemberitaan mengenai hal-hal ghaib yang akan datang yang tidak mungkin diketahui kecuali dengan wahyu. Misalnya dalam firman Allah tentang berita kemenangan Romawi dalam QS. Ar-Rum : 1-4 yang artinya :Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi... (QS. Ar-Rum : 1-4)
Saat menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adziim, Ibnu Katsir mengetengahkan kisah taruhan antara Abu Bakar dan Orang-orang Musyrik. Saat itu Persia di bawah pimpinan Raja Sabur berhasil mengalahkan Romawi. Orang-orang musyrik menyukai ini karena Persia adalah penyembah berhala, sama dengan mereka. Sedangkan kaum muslimin berharap Romawi yang menang karena mereka adalah ahlu kitab, sama-sama agama samawi.
Ketika ayat itu turun, orang-orang musyrik mengatakan, “Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu (Muhammad) mengatakan bahwa bangsa Romawi akan beroleh kemenangan atas Persia beberapa tahun mendatang.” Abu Bakar menjawab, “Benar.” Mereka berkata, “Maukah kamu bertaruh dengan kami?” Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan taruhannya empat ekor unta dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi apa-apa. Orang musyrik bergembira dengan hal tersebut, dan kaum muslimin merasa berat atas kekalahannya. Ketika Abu Bakar mengadukan kepada Nabi beliau bersabda : “Apakah pengertian beberapa tahun di kalangan kalian?” Mereka menjawab, “Di bawah sepuluh tahun.” Nabi SAW bersabda, “Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi dan tambahlah masanya dua tahun lagi.”
Belum lagi masa dua tahun itu habis, datanglah kafilah yang membawa berita tentang kemenangan Romawi atas Persia. Maka kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut.
Kedua, keterangan mengenai fakta-fakta ilmiah yang mendahului ilmu pengetahuan (sains), yang di kemudian hari terbukti benar adanya. Misalnya tentang perkembangan kejadian manusia dalam rahim. Seprti yang di terangkan Al-Qur’an pada Surat Al-Mu’minun : 12-14 yang artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. Al-Mu’minun : 12-14)
Pada masa ayat ini turun, ilmu pengetahuan tidak mampu berkata apa-apa tentang ayat ini. Barulah pada abad kedua puluh, saat ilmu biologi dan kedokteran semakin maju, fakta ilmiah yang didapatkan sama persis dengan ayat ini. Padahal ayat ini telah ada 12-13 abad sebelumnya.
·    Diturunkan kepada Muhammad SAW
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syu’ara : 192-195 yang artinya : Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Asy-Syu’ara : 192-195)
Batasan dengan kata “kepada Muhammad” menunjukkan Al-Qur’an itu tidak pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya.
·    Diriwayatkan secara Mutawatir
Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an beliau membacakannya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut. Beliau juga menyuruh kuttab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu. Mereka yang terkenal adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Muwaiyah bin Abu Sufyan, Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Al-Arqam bin Maslamah, Muhammad bin Maslamh, Abban bin Sa’id, Khalid bin Sa’id, Tsabit bin Qais, Hanzalah bin Rabi, Khalid bin Walid, Abdullah bin Al-Arqam, A’la bin Utbah, dan Syurahbil bin Hasanah.
Tulisan para kuttab itu disimpan di rumah Rasul. Ayat-ayat yang ditulis di pelepah kurma, kulit hewan, dan tulang, serta kulit/daun kayu itu juga disebarkan kepada para sahabat. Di masa Rasulullah SAW masih hidup, Al-Qur’an belum dibukukan dalam bentuk mushaf.
Pengumpulan Al-Qur’an pertama kali dilakukan pada masa kekhalifahan Abu Bakar atas usul Umar bin Khattab. Meskipun pada mulanya ditolak Abu Bakar, akhirnya proyek besar itu dilakukan diantaranya dengan pertimbangan banyaknya para huffadz (penghafal Al-Qur’an) yang gugur di medan Jihad. Pada perang Yamamah saja jumlah penghafal yang syahid mencapai 70-an orang. Begitupun pada pertempuran di Sumur Ma’unah.
Zaid bin Tsabit-lah yang kemudian ditunjuk untuk memimpin misi pengumpulan Al-Qur’an ini. Anggota tim-nya adalah Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan. Setelah selesai, berdasarkan hasil musyawarah tulisan Al-Qur’an itu dinamakan “Mushaf” dan disimpan di rumah Hafshah.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, terjadi perbedaan pendapat mengenai bacaan (qira’at) Al-Qur’an. Karena begitu luasnya wilayah Islam dengan beragam dialeg-nya, qira’at Al-Qur’an semakin bervariasi, sehingga dikenal ada qira’at sab’ah (tujuh jenis bacaan). Akhirnya disepakati untuk men-standart-kan kembali bacaan Al-Qur’an setelah Hudzaifah Ibnul Yaman mengusulkan kepada khalifah. Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits untuk menyalin mushaf Abu Bakar yang ada di tangan Hafshah. Mushaf ini kemudian dikirim ke Makkah, Kuffah, Basrah, Yaman, dan Syam. Sedang salinan yang asli disimpan Utsman sendiri. Lalu semua suhuf yang ada selain itu dimusnahkan/dibakar. Dari Mushaf standar Utsman inilah mushaf-mushaf sampai hari ini disalin dan diperbanyak.
Demikianlah sejarah singkat periwayatan Al-Qur’an sampai kepada kita secara mutawatir. Selain dihafal oleh ratusan sahabat, penulisan Al-Qur’an juga terjamin keotentikannya serta dijamin pertanggungjawaban ilmiahnya. Tidak ada satu kitab suci pun dari agama selain Islam yang memiliki jaminan keotentikan seperti itu. Ini sekaligus bukti nyata dari firman Allah SWT dalam QS. Al-Hijr : 9 yang artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (QS. Al-Hijr : 9)
·  Membacanya Bernilai Ibadah
Diantara keistimewaan Al-Qur'an adalah pahala besar yang akan diperoleh bagi orang yang membacanya. Membaca Al-Qur'an, dengan demikian, bernilai ibadah yang sekaligus membedakannya dari hadits Qudsi. Baik dalam shalat maupun di luar shalat. Firman Allah dalam QS. Fathir : 29-30 yang arinya :  Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir : 29-30)
Rasulullah SAW mengabarkan pahala membaca Al-Qur’an ini dalam sabdanya : Siapa saja yang membaca satu huruf Kitabullah (Al-Qur’an), ia akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu setara dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatak Alif Lam Mim sebagai satu huruf. Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf. (HR. Tirmidzi)

C. Whyu dan Ilham
            Kata wahyu berasal dari bahasa arab, bukan bahasa ajam. Pengertian wahyu menurut bahasa (etimologi), mempunyai beberapa arti, seperti : kecepatan, bisikan,isyarat,kitab. Wahyu adalah lafazhmusytarak, artinya mempunyai beberapa makna atau arti.
Kata ilham berasal dari kata yang berarti menelan. Ketika berubah kewazan if’al, yakni alhma yulhimu ilhaman, maka kata ilham bermakna menelan dalam arti menghujamkan ke dalam jiwa, Allah berfirman dalam QS. Asy-Syams : 8 yang artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.(QS. Asy-Syams : 8)
Muhammad Rasyid Ridha dalam kitab Al-Wahyul Muhammadi memberikan pengertian, bahwa ilham adalah suatu perasaan emosional yang diyakini oleh jiwa yang karnanya jiwa itu terdorong untuk melakukan yang dikehendakinya oleh dorongan ilham itu, tanpa disertai kesadaran jiwa sendiri dari mana datangnya, keadaannya hamper sama dengan persaan lapar, dahaga, sedih, senang dan sebagainya.
a. Persamaan wahyu dengan ilham
·    Keduanya sama-sama diterima oleh manusia,
·    Keduanya sama-sama menimbulkan pemahaman dalam batin,
·    Keduanya sama-sama menimbulkan keyakinan,
·    Keduanya sama-sama tidak diberikan pada makhluk binatang,
·    Keduanya sama-sama diberikan demi kemaslahatan,
·    Keduanya sama-sama merupakan pemberian Allah SWT.

b. Perbedaan wahyu dengan ilham
·  Wahyu datangnya melalui kehadiran malaikat sedangkan ilham melalui penghunjaman langsung oleh allah kepada yang di kehendakinya,
·   Wahyu diterima oleh manusia pilihan allah yang mengemban tugas kenabian atau kerosulan ,sedang ilham dapat di terima oleh siapapun, baik pada waktu pintu kenabian belum tertutup maupun setelahnya,
·   Wahyu diturunkan dengan tujuan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia atau umat tertentu, sedangkan ilham hanya untuk kemaslahatan yang menerimanya dan tidak di bebani kewajiban untuk manyampaikan pada orang lain,
·  Wahyu tidak dapat diminta kepada Allah agar di turunkan pada waktu tertentu ,sedangkan ilham menurut sebagian ulama dapat dim inta kepada Allah melalui cara membersihkan diri dan memprbanyak taqorub pada Allah,
·  Wahyu pintunya telah tertutup, bersamaan tugas kenabian yang di emban nabi Muhammad SAW berakhir, sedangkan ilham pintuinya masih terbuka selama masih ada manusia dan berlaku sepanjang masa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Menurut bahasa (etimologi), kata al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut ahli bahasa alihyani lafadz alqur’an adalah isim masdar dengan arti isim maf’ul yang berarti yang dibaca.
Menurut istilah (terminologi) Al-Qur’an adalah Kalam Allah, Mukjizat yang Di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan Di riwayatkan secara mutawatir serta Membacanya merupakan ibadah.
Persamaan antara wahyu dan ilham adalah keduanya sama-sama dari Allah dan di turunkan kepada manusia, adapun perbedaan antara keduanya adalah jika wahyu di terima melalui malaikat jibril maka ilham adalah langsung dari Allah dan jika wahyu hanya di berikan kepada nabi/rosul maka ilham bias di terima oleh siapa saja termasuk binatang.

Dartar Pustaka

Supardi dkk. 2007. Qur’an Hadits Untuk Kelas X Madrasah Aliah Semester
Gasal. Surakarta : CV Pratama
Amrullah, Fahmi. Ilmu Al-Qur,an untuk pemula. Jakarta : Artha Rivera
Suryanto dkk. 2005. Al-Qur,an Hadist Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Semester
Ganjil. Tulungagung : MGMP Kabupaten Tulungagung
Muchlisin.2010. tariful-quran-mengenal-al-quran. http://muchlisin.blogspot.com
(0nline)
Zanjani, Abu Abdulah Az-. 1993. Wawasan Baru Tarikh Al-Quran. Bandung :
Penerbit Mizan
Ribab,Annas. 2009. Al – Qur’an, Wahyu, Ilham. http://annas-ribab.blogspot.com
(0nline)


Bacaan yang Mungkin Terkait:

4 comments:

free counters